Ada Prasasti Raja Thailand di Curug Dago

Ada Prasasti Raja Thailand di Curug Dago

Share

Keragaman Indonesia adalah berkah Tuhan yang Maha Esa, yang bisa dikelola menjadi kekuatan daya tarik bangsa lain untuk berkunjung. Ragam keindahan itu pun tidak hanya pada tradisi yang beribu jumlahnya, namun juga kekayaan alam yang tak terhingga banyaknya.

Jawa Barat adalah lumbung bagi kekayaan alam yang memiliki nilai jual tinggi untuk dinikmati jutaan orang sebagai tempat wisata. Ada yang sudah dikenal, banyak juga yang tidak banyak di kenal.

Di kawasan Bandung Utara terdapat tempat indah yang baru dikenal banyak orang di tahun 1990 setelah seorang wartawan Bandung bernama Omas Witarsa menulis tetang keindahan Curug Dago itu di Harian Kompas. Dalam tulisan itu, ia menginformasikan adanya prasasti raja Thailand yang di buat di tahun 1896.

Tertarik dengan apa yang disampaikan Omas Witarsa, melalui suratnya, Ratu Thailand Bhumiphol, sebagai representasi Negara Thailand meminta kepada Indonesia memberikan pengamanan dan pelestarian terhadap peninggalan purbakala. Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala kemudian menindak lanjuti dengan melaksanakan kegiatan penelitian dan pelestarian terhadap prasasti Curug Dago tanggal 9 – 15 Juli 1991.

Menurut S.A. Reitsma dan W.H. Hoogland dalam bukunya Gids Van Bandoeng En Omstrcken 1922, kedua temuan prasasti tersebut erat kaitannya dengan kunjungan keluarga Kerajaan Siam (Tailand) ke Bandung, yakni Raja Chulalongkorn serta Pangeran Prajatthipok Paramintara, yang masing-masing merupakan raja ke V dan VII dari Dinasti Chakri.

Tujuan penulisan kedua prasasti di Curug Dago yang memuat nama kedua raja dan pangeran itu, menjadi jelas, yaitu merupakan penghormatan terhadap ke dua tokoh tersebut, lengkap dengan penulisan inisial, angka tahun, serta catatan usia kedua tokoh.

Memang ada tradisi yang menyatakan bahwa pada umumnya apabila seseorang Raja Thailand menemukan tempat panorama yang indah, maka biasanya di tempat tersebut, sang raja melakukan semadhi dan kadangkala menuliskan nama atau hal lainnya yang dianggap penting. Sekaligus merupakan kenangan dan pengakuan atas kekeramatan/kesucian tempat tersebut.

Untuk menuju kawasan Curug Dago ada dua alternatif yang bisa ditempuh. Bisa melalui jalan di seberang terminal Dago, atau  melalui taman budaya. Baik melalui terminal dago maupun taman budaya, pengunjung tidak bisa membawa kendaraan roda empat ke lokasi, kecuali kendaraan roda dua.

Menyusuri jalan setapak berukuran satu  meter yang saya ambil setelah menempuh perjalanan setengah kilo meter dari jalan besar seberang terminal dago, terasa sangat sejuk  di tengah pemukiman penduduk menjelang lokasi. Jalannya dibeton cukup rapi sehingga terasa nyaman untuk dilalui.

100 meter menjelang jembatan Curug Dago, terdapat plang yang menjelaskan bahwa Curug Dago berada di bawah pengelolaan taman hutan raya Ir. H. Juanda, dan di dalamnya dilarang mendirikan bangunan juga melakukan penebangan.

Dari sebuah jembatan yang membentang di sungai Cikapundung ini, tak jauh dari plang tadi tampak jelas dua bangunan kecil merah berbentuk khas bangunan Thailand dengan atap sirap berornamen seperti kuil khas Thailand. Di dua bangunan itulah  prasasti raja Thailand  terletak.

Prasasti tersebut erat kaitannya dengan kunjungan Raja Thailand Raja Chulalongkorn serta Pangeran Prajatthipok Paramintara, yang masing-masing merupakan raja ke V dan VII dari Dinasti Chakri. (MIM)

Share
Gogo77
Adam77
Sonitoto
https://157.245.54.14/
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
https://mydaughtersdna.org/