Para ahli biologi kelautan telah mengamati bahwa jumlah hiu paus telah menurun dalam beberapa tahun terakhir. Namun, mereka belum mengetahui secara pasti alasannya.
Sebuah penelitian internasional teranyar menunjukkan bahwa tabrakan antara hius paus dengan lalu lintas pelayaran bisa menjadi alasan utama penurunan tersebut.
Penelitian ini dipimpin oleh Asosiasi Biologi Kelautan Inggris dan Universitas Southampton, bersama dengan para ahli di Australia dan Selandia Baru. Hasil penelitian ini dimuat di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Para peneliti memeriksa data satelit untuk mengamati sekitar 350 hiu paus. Mereka menemukan bahwa ikan terbesar di dunia menghabiskan sebagian besar waktunya di perairan yang digunakan oleh kapal-kapal besar.
Studi menunjukkan bahwa informasi dari perangkat yang digunakan untuk mengamati pergerakan mereka sering berakhir di jalur pelayaran yang sibuk. Para peneliti percaya banyak hiu mungkin ditabrak dan tewas oleh kapal laut sebelum tenggelam ke dasar laut.
Mark Erdmann yang bekerja di Universitas Auckland, Selandia Baru, dan ilmuwan dari organisasi lingkungan nirlaba Conservation International, adalah salah satu penulis penelitian ini. Erdmann percaya pelayaran merupakan ancaman utama bagi populasi hiu paus.
“Apa yang ditemukan oleh penelitian ini adalah, memang ada banyak sekali tumpang tindih antara tempat hiu paus bergerak dan lalu lintas pelayaran global. Jadi, itu adalah area yang benar-benar berisiko terjadinya tabrakan,” katanya.
Hiu paus bisa tumbuh hingga 20 meter. Mereka memainkan peran penting dalam menyediakan lingkungan laut yang sehat.
Tragedi tabrakan paling mematikan antara hiu paus dan kapal laut cenderung tidak teramati atau tidak dilaporkan. Saat ini belum ada undang-undang untuk melindungi hiu paus dari risiko tabrakan semacam ini.(VOA/WAK)
Hobi menyusun kata dan susur gua
