Sudah sering kita lihat para atlet selepas pertandingan yang berat, kemudian berendam di air es. Pasti banyak yang mengira hal tersebut adalah skedar relaksasi belaka. Ternyata berendam air dingin adalah salah satu terapi kesehatan.
Dalam khazanah fisioterapi, berendam air dingin dikenal dengan istilah cold water immersion (CWI). Ada pula yang menyebut dengan terapi hidro. Apapun istilahnya, praktek terapi ini adalah berendam di air dingin dengan suhu sekita 15 C, bisa juga lebih dingin, dengan waktu antara 10 sampai 15 menit.
Terapi air dingin diketahui dapat mempersempit pembuluh darah. Dari sejumlah literatur kesehatan, cara ini dapat mengurangi pembengkakan imbas benturan saat olahraga dan mengurangi rasa sakit pada bengkak tersebut.
Terapi ini juga dapat meningkatkan detak jantung sehingga menghasilkan sejumlah hormon, dari adrenalin sampai endorphin. Hormon adrenalin bermanfaat untuk olahragawan saat bertanding dan hormon endorphin adalah hormon yang memicu rasa bahagia dan tenang, sehingga mood bisa lebih terjaga.
Selain meredakan rasa sakit diotot, penelitian menunjukan bahwa CWI bisa menurunkan kadar lemak dalam tubuh dengan cara menstimulus jaringan adiposa coklat.
Turunnya kadar lemak, redanya rasa sakit dan maksimalnya hormon endorphin dipercaya lebih membuat waktu tidur sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh, sehingga kebugaran dapat kembali diperoleh.
Saat cuti akhir tahun sepertinya cocok untuk terapi ini. Sejumlah pegunungan di Jabar memiliki resor dengan air sungai alami yang sejumlah di antaranya dinginnya bisa mencapai 15 C di pagi atau sore hari. Kalau tidak berendam di air es seperti para atlit, sungai-sungai berair dingin bisa dimanfaatkan untuk terapi hidro ini.
Jaman raja-raja Jawa dulu, dikenal istilah kungkum, yaitu berendam di sungai dengan air yang sangat dingin. Mereka percaya bahwa kungkum memberi khasiat fisik dan spiritual. Ilmu kesehatan ternyata membuktikan hal tersebut memang baik untuk kesehatan. (MIM)

Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.