Pengumuman lomba foto yang diselenggarakan salah satu jasa transportasi daring di Jabar, Rabu (22/09) mengundang protes saat diumumkan di Instagram. Para peserta yang kecewa pada kolom komentar pengumuman tersebut sebagian besar mempersoalkan hasil penjurian yang tidak sesuai dengan syarat dan kriteria yang sudah ditetapkan.
Dewan juri sendiri terdiri dari fotografer profesional, salah satu pejabat pariwisata dan marketing jasa transportasi daring tersebut.
Sampai tulisan ini diturunkan pihak panitia lomba terlihat belum memberikan tanggapan terhadap ratusan komen bernada miring dan mempertanyakan kredibilitas para juri lomba fotografi tersebut.
Hal serupa sering terjadi saat lomba foto diadakan secara daring dengan mengupload foto melalui medsos. Tidak hanya perusahaan swasta, se level instansi pemerintah pun tahun lalu pernah diprotes keras hampir seribuan komen pada saat pengumuman, karena salah satu pemenangnya menggunakan karya foto orang lain.
Juri Jadi Faktor Penting
Dalam sebuah proses perlombaan, juri menjadi bagian penting. Untuk menjaga ‘fair play’ panitia lomba sebaiknya tidak melibatkan juri-juri tamu kehormatan yang tidak paham fotografi, karena penilaian tidak melulu dilihat dari tampilan foto yang indah.
Setidaknya untuk sebuah lomba foto yang kredibel tiga fotografer harus dilibatkan. Juri pertama adalah ia paham dengan teknis untuk menilai keaslian foto, editing yang masih tolerable, serta setting foto yang berdampak pada foto tersebut menghasilkan produk yang proper atau tidak.
Juri ke dua adalah seorang fotografer yang khatam akan komunikasi visual, sehingga dapat menentukan sesuai tidaknya gambar yang diambil peserta dengan tema yang diusung. Ia juga harus paham konsep gambar yang bercerita, sehingga penikmat foto mengerti maksud yang terkandung pada jepretan foto yang dilombakan.
Juri yang ke tiga harus paham klasifikasi dan kurasi. Dari ratusan bahkan ribuan foto yang masuk harus dibuat kelompok, karena setiap lomba akan menghasil foto-foto yang sebenarnya bagus namun memiliki kesamaan. Biasanya dalam penjurian foto-foto yang nyaris sama ini akan dikelompokkan.
Setelah diklasifikasikan pada setiap foto yang sama, juri ke tiga mencari foto-foto yang paling berbeda dan paling menonjol dengan catatan foto tersebut sudah layak secara teknis dan komunikasi visual menjadi calon pemenang.
Proaktif Pada Komplain
Sejumlah lomba foto yang digelar melalui medsos dan berujung kisruh, karena banyaknya protes, harus menjadi pelajaran. Panitia, utamanya dewan juri harus pro aktif memberikan tanggapan. Setidaknya juga mengambil keputusan cepat, atau paling tidak, meninjau ulang para pemenang yang sudah diputuskan.
Komen negatif, apalagi terjadi secara massif bukan hanya akan meruntuhkan kredibilitas penyelenggara, namun juga akan menurunkan citra juri. Apalagi bila salah satu jurinya adalah pejabat.
Mengulang penjurian bukanlah sesuatu yang tabu, terlebih bila hasil lomba memang tidak sesuai dengan syarat dan ketentuan yang sudah ditetapkan panitia.
Jika memang perlu penilaian ulang dilakukan dengan mengganti juri yang lebih kredibel untuk menghasilkan penilaian yang lebih pas dan sesuai dengan kaidah umum lomba fotografi. (MIM)

Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.