Bioskop Rio Pernah ‘Mengajarkan’ Sejarah pada Anak Sekolah

Bioskop Rio Pernah ‘Mengajarkan’ Sejarah pada Anak Sekolah

Share

Suatu pagi pada awal dekade 80-an di halaman sekolah SD di Kota Cimahi, kepala sekolah mengumumkan bahwa hari itu akan dibagikan tiket nonton bioskop untuk anak kelas 5 dan 6. Sebuah pertunjukan film akan disaksikan para siswa kesokan harinya. Hal itu berlaku pula untuk anak SMP dan SMA di Kota Cimahi, secara bergiliran hampir seminggu lamanya para pelajar se-Kota Cimahi digiring ke Bioskop Rio untuk menonton film berlatar belakang sejarah.

Pemandangan semacam ini di era 80-an bukan hal yang aneh. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat membangun Kerjasama yang apik dengan Bioskop Rio untuk menjadikan film berlatar belakang sejarah sebagai salah satu muatan pendidikan bagi para pelajar di Kota Cimahi.

Tak kurang dari film G30S/PKI, Janur Kuning sampai Pahlawan dari Bandung Selatan pernah digelar di Bioskop ini dengan disaksikan para pelajar dan didampingi para guru. Para siswa tidak dipungut biaya sedikitpun untuk menyaksikan film di tempat ini.

Pada seperempat tahun dekade 80-an peran pemutaran film sejarah untuk para pelajar ini, sempat beralih ke Bioskop Cimahi Mekar, yang dibangun persis di seberang Bioskop Rio. Dari catatan Tepas.id, Film Tapak Kaki Wolter Monginsidi dan Naga Bonar sempat meriah disaksikan para pelajar se-Kota Cimahi antara tahun 1988 – 1990.

Memasuki era 90-an awal Bioskop Rio masih sempat eksis, meski Cimahi Mekar berdiri lebih mentereng disebrangnya. Mereka tidak bersaing, karena film yang diputar memiliki segmen yang berbeda. Keduanya kemudian ‘mati’bersama-sama setelah pertengah decade 90-an bioskop Twenty One, dengan 4 theater-nya hadir di Jl.Raya Barat. Bekas gedung Twenty One saat ini telah berubah menjadi Trans Mart.

Berbeda dengan Cimahi Mekar dan Twenty One Cimahi yang alih fungsinya menjadi took swalayan, mengubah total ornament di dalamnya, untuk Bioskop Rio, meski sudah beralih fungsi menjadi took asesoris smartphone beberapa bagian masih terlihat sama.

Atap dengan tugu bertuliskan Rio masih seperti dulu. Yang membedakan adalah diding sebelah utara dan depan yang sudah dilengkapi rolling door. Dinding di sisi selatan tempat dulu mengantri untuk masuk masih utuh seperti semula. Tiang-tiang konstruksi di kiri dan kanan masih tampak kokoh seperti dulu. Pun langit-langit bioskop masih tampak tidak berubah.

Meski sempat bertahan hidup dengan memutar film-film sensual di awal 90-an, setidaknya bioskop yang dalam catatan sejarah mulai beroperasi pada Oktober 1937 ini, pernah berjasa ‘mengajarkan’ sejarah pada para pelajar di Kota Cimahi.

Yang patut dipikirkan sekarang adalah bagaimana menjaga salah satu bagian peninggalan sejarah ini, agar tetap berdiri dan difungsikan dengan baik, agar memiliki sumbangsih pada Kota CImahi dan bisa dirasakan kemanfaatannya. (MIM)

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *