Data GPS Kemungkinan Bisa Deteksi Gempa Beberapa Jam sebelum Terjadi

Data GPS Kemungkinan Bisa Deteksi Gempa Beberapa Jam sebelum Terjadi

Share

Para peneliti mengatakan mereka telah mengidentifikasi sinyal pergerakan bumi yang dapat memprediksi gempa bumi hingga dua jam sebelum terjadi.

Sinyal direkam, atau dideteksi, oleh perangkat pengumpul GPS. Perangkat ditempatkan di daerah di mana gempa bumi besar terjadi di masa lalu.

Namun, para ilmuwan mencatat bahwa peralatan yang tepat saat ini tidak ada untuk menggunakan data untuk memprediksi gempa bumi. Tetapi jika sensitivitas alat pengukur GPS saat ini dapat ditingkatkan, para peneliti mengatakan bahwa sistem peringatan gempa baru dapat dilakukan.

Menurut U.S. Geological Survey [USGS], gempa bumi disebabkan oleh pergerakan, atau slip, pada patahan yang ada di bawah permukaan bumi. Ketika ketegangan menumpuk di sepanjang patahan, gelombang energi dilepaskan dan berjalan melalui kerak bumi. Ini menyebabkan tanah bergetar.

Teknologi untuk memprediksi gempa saat ini masih sangat terbatas. Namun USGS memang memiliki peralatan yang dapat mengambil data seismik saat gempa baru saja terjadi. Istilah seismik berhubungan dengan aktivitas gempa.

Metode USGS memungkinkan untuk memperingatkan orang-orang di daerah yang diperkirakan akan terjadi aktivitas seismik. Namun cara ini umumnya hanya bisa memberikan peringatan beberapa detik sebelum terjadi gempa. Sistem USGS disebut ShakeAlert dan telah digunakan di sepanjang Pantai Barat AS. Di situlah sebagian besar gempa bumi terjadi di negara ini.

Namun, metode pendeteksian baru dapat menghasilkan peringatan hingga dua jam sebelum efek merusak dari gempa dirasakan. Sistem seperti itu dapat menyelamatkan nyawa dengan memberi orang kesempatan untuk keluar dari bangunan yang mungkin runtuh akibat gempa.

Dua ilmuwan dari Institut Riset Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan Prancis melakukan penelitian yang menggambarkan hasil terbaru ini. Temuan mereka dipublikasikan di jurnal Science.

Untuk studi tersebut, para peneliti memeriksa data GPS yang dikumpulkan sebelum dan sesudah peristiwa gempa bumi di seluruh dunia. Data dikumpulkan pada 90 gempa yang berukuran lebih besar dari 7 skala Richter. Masa studi mencakup 20 tahun terakhir.

Tim mengidentifikasi pola pergerakan patahan saat mereka memeriksa data yang dikumpulkan dari berbagai area. Sinyal gerakan direkam dalam waktu dua jam setelah gempa terjadi. Para peneliti mengatakan penelitian tersebut menunjukkan bahwa patahan umumnya mulai bergerak sekitar dua jam sebelum gempa besar terjadi.

Para ilmuwan telah mengidentifikasi sinyal seperti itu sebelum gempa tunggal di masa lalu. Namun, hingga saat ini, para peneliti belum dapat menghubungkan sinyal tersebut dengan semua peristiwa seismik.

Sementara data mengidentifikasi pola ini, para ilmuwan mengatakan instrumen yang dapat menangkap data GPS secara real time saat ini belum ada.

Lembaga Riset Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan mengeluarkan pernyataan tentang pembangunan tersebut. Dikatakan bahwa untuk membuat prediksi, para peneliti “perlu mengukur sinyal setidaknya 10 kali lebih kecil dari apa yang dapat kita lakukan saat ini”.

Cara lain untuk membangun sistem prediksi gempa yang lebih baik adalah dengan mengembangkan “jaringan pengukuran padat” yang berada sangat dekat dengan patahan. Namun, upaya semacam itu akan membutuhkan kemajuan teknologi yang besar, kata lembaga itu.

Quentin Bletery dan Jean-Mathieu Nocquet, peneliti dari Universitas Côte d’Azur di kota Nice, Prancis, memaparkan penelitian tersebut menemukan bahwa tidak ada gerakan yang dapat diamati, yang diidentifikasi dalam 46 jam pertama menjelang gempa bumi. Namun, mulai sekitar dua jam sebelum gempa terjadi, gerakan perekaman sinyal GPS mulai meningkat.

Untuk mengonfirmasi temuannya, tim membandingkan data tersebut dengan lebih dari 100.000 periode waktu acak yang tercatat ketika tidak ada gempa yang dilaporkan. Eksperimen itu menemukan bahwa pola serupa di daerah non-gempa hanya terjadi 0,03 persen.

“Ini memberi tahu kita bahwa gempa bumi dapat diprediksi secara alami,” kata Bletery kepada Science.

Para ilmuwan mencatat bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk mendukung temuan tersebut. Sebagian besar informasi yang digunakan dalam studi terbaru, misalnya, sangat bergantung pada data dari stasiun GPS di dekat lokasi gempa besar.[VOA]

Share
Gogo77
Adam77
Sonitoto
https://157.245.54.14/
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
https://mydaughtersdna.org/