Dibayangi isu off bid massal yang menurut sejumlah driver akan dilakukan pada 21 September, sejumlah driver di Kota Bandung mengatakan sejauh ini kenaikan ongkos transportasi tidak berpengaruh pada menurunnya konsumen. Hal itu diungkapkan, salah seorang driver di Bandung, Hilmi, Kamis (15/09).
“Naiknya Cuma Rp 2000 rupiah kang, sepertinya tidak berpengaruh pada penumpang. Tapi driver mah cuma dapat segini,” kata Hilmi, sambil memperlihatkan nominal rupiah yang ia terima dari jumlah order yang dibebankan pada konsumen.
Hilmi mengatakan kalaupun benar soal rencana off bid, yang akan digelar tersebut, yang lebih penting bukan protes soal kenaikan ongkos, tapi soal kenaikan BBM yang efeknya berantai dan berdampak pada daya beli.
Ia juga mengatakan driver sendiri tidak banyak mengeluh soal kenaikan ongkos yang dibebankan pada konsumen, namun kenaikan BBM membuat operasional sehari-hari membengkak. “Makan, minum, ngopi budgetnya nambah kang. Belum lagi BBM naik pengeluarannya. Itu yang bikin rungsing,” kata Hilmi, lagi.
Sementara itu Ahmad, driver asal Padalarang mengatakan meski di group driver tersebar rencana off bid pada tanggal 21 September mendatang, ia mengatakan Sebagian driver dimungkinkan masih ada yang ‘ngebid,’ hanya saja tidak menggunakan atribut.
Hilmi dan Ahmad mengatakan, di operatornya, yang terpenting adalah konsistensi. Semakin rajin, maka order tidak sulit didapat. “Rajin dan tetap jam operasinya seperti kerja kang, jangan berubah-ubah. Itu biasanya yang selalu dapat order,” kata Hilmi.
Selain rajin, menurut Ahmad saat ini dengan beragam servis, kalaupun bukan layanan ojeknya, setidaknya layanan pemesanan makanan dan antar barang, menjadi pilihan yang tetap membuat order berjalan. “Kemarin pas hari H naik, kalau di wilayah beredar saya sempet ada penurunan yang memanfaatkan jasa ojeknya, tapi untuk pemesanan makanan dan antara barang, kalau itungan saya sih gak berubah,” pungkas Ahmad. (MIM/KST)

Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.