Bupati Bandung Barat, Hengki Kurniawan meresmikan Alun-Alun Cililin pada Minggu (17/09). Bagian yang paling menarik pada revitalisasi Alun-Alun Cililin adalah delapan payung yang disebut Little Madina.
Penjulukan payung tersebut sebagai Little Madina adalah representasi bahwa Cililin adalah kota yang relijius. Itu Sebabnya Hengki sejak lama membuat konsep pengembangan wisata relijius untuk KBB wilayah Selatan.
“Di wilayah Selatan banyak sekali pondok pesantren. Banyak sekali santri-santri yang dari luar Jawa, bahkan. Dan mereka mondok di sini, oleh karenanay akami ingin, selain keindahan alamnya kita kembangkan, kita jugan ingin wilayah Selatan, menjadi darah wilayah wisata relijius,” kata Hengki pada para pewarta di Alun-Alun Cililin.
Keberadaan santri di Cililin berdasar catatan sejarah, sudah di mulai pada masa Sultan Maulana Yusuf tahun 1568-1580 berkuasa di Banten. Ia mengutus ulama Keraton Banten Muhammad Safii dan Syech Abdul Manaf untuk menyebarkan agama di Cililin Kedua ulama tersebut mengembangkan ajaran Islam di Sindangkerta.
Pesantren-pesantren pun kemudian tumbuh sampai di Cipongkor dan Cijenuk, cimana daerah daerah itu pada masa itu masih berada di satu kewedanaan dengan Cililin, Cihampelas dan Gununghalu.
Pengajaran Islam semakin kuat setelah datangnya Eyang Sangga, seorang Wedana Damel Cikundul, Cianjur. Ia bermukim di Cijenuk sampai akhir hayatnya.
Itu lah sebabnya Cililin sangat tepat disebut kota santri dan potensial berkembang menjadi daerah wisata relijius.
“Karena ada juga maqom guru-guru kita yang setiap tahunnya kita juga akan perbaiki infrastrukturnya ke sana. Ada beberapa makam yang kita perbaiki. Ya mudah-mudahan daerah Selatan menjadi daerah tujuan,” pungkas Hengki.(ASH/MIM)
Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.
