Jumlah investor dari kalangan milenial yang ada di Indonesia meningkat selama wabah virus corona (COVID-19) melanda dunia ini.
Demikian dikatakan Director of Executive Education Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) dan Co-Founder Investor Academi Indonesia (IAI), Donald Crestofel Lantu ST MBA Phd.
Tren tersebut harus diimbangi dengan pengetahuan dan pemahaman terkait bursa saham sehingga para calon investor mengetahui potensi serta risiko berinvestasi saha,” jelas Donald, pada acara The First Indonesia Investor Summit 2021, yang digelar oleh SBM ITB bekerjasama dengan IAI secara daring, baru-baru ini, sebagaimana dilaporkan kantor berita nasional Antara.
Donald memaparkan, berdasar data terakhir yang dihimpun olehnya saat ini jumlah investor Indonesia mencapai 2,4 juta orang dan jumlah tersebut mengalami kenaikan 20 hingga 30 persen sejak tahun 2015 hingga saat ini.
“Kenaikan tersebut disumbang dari kalangan milenial yakni mereka yang lahir di tahun 1980 sampai 2000. Data penambahan investor paling banyak dari milenial,” kata Donald.
Meski investor milenial bertambah, jumlah keseluruhan investor saham di Indonesia masih 2,4 juta orang atau 1 persen dari total penduduk Indonesia.
Donald mendorong agar semakin banyak orang Indonesia berinvestasi saham karena investasi saham membuat kekayaannya meningkat dan terbukti dapat meningkatkan kesejahteraan.
“Investor perlu cari saham-saham yang murah, perusahaan yang harga mercy tapi dijual dengan harga bajay, kita beli di harga-harga murah. Setahun, rata-rata peningkatan 250 persen,” katanya.
Menurut Donald, bagi milenial, saat ingin berinvestasi jangan mengikuti kata orang.
“Investasi perlu analisis yang menyeluruh, untuk tujuan finansial jangka panjang. Edukasi ini yang disampaikan kepada milenial sehingga mendorong investor milenial dapatnya cuan, bukan boncos,” tambah Donald.
Sementara itu, Andre Lukita, Founder IAI, mengatakan banyak investor pada masa pandemi COVID-19 tanpa adanya alat perang atau edukasi yang diperlukan saat berinvestasi, sehingga IAI perlu menyediakan pembelajaran melalui kanal YouTube dan media sosial.
IAI menyediakan pembelajaran dalam bentuk bedah emiten, komunitas profesi sengan berbagai sudut pandang, dengan fokus pada edukasi saham apa yang dibeli.
IAI juga mengundang banyak direktur manajemen ketika mengedukasi sehingga masyarakat semakin terbuka wawasannya tentang saham.(ANT/WAK)

Hobi menyusun kata dan susur gua