Kehujanan di Malioboro, Tak Tampak Genangan Air

Kehujanan di Malioboro, Tak Tampak Genangan Air

Share

Bulan Desember 2020, mulai 7 sampai 14 Desember cuaca Yogya sedang sejuk-sejuknya karena curah hujan yang cukup tinggi, seperti pada Februari ini. Tepas.id berada di Yogyakarta sejak 9 sampai 13 Desember. Selama di sana, setiap akan memulai perjalanan wisata, selalu saja gerimis di pagi hari. Kalaupun siang cukup cerah, maka sore hari saat pulang berwisata, hujan ikut ‘mengantar’ ke penginapan kami.

Pada 11 dan 12 Desember saat kami ingin menikmati suasana malam di Malioboro pun, hujan mengguyur cukup deras dengan durasi yang lumayan lama. Dengan hujan inilah tepas.id mendapat pengalaman menarik. Sederas-derasnya hujan, kami tidak melihat adanya genangan di Jl.Malioboro, ataupun sepanjang jalan yang kami lewati menuju penginapan. Saat hujan ada saja sih air di jalanan. Sifatnya normatif, dapat diterima oleh rasio. Hanya saja selepas hujan, tidak ada genangan atau banjir cileuncang, seperti biasa ditemui di kota asal tepas.id.

Dari obrolan dengan petugas penginapan, tempat kami bermalam, pak Mardi, kami mendapat pencerahan yang bisa jadi, bila penataan saluran air seperti di Yogyakarta ini dilakukan, maka kemungkinan banjir di sejumlah kota yang saat ini menjadi ‘trade mark’ langganan banjir, bisa berkurang.

Di Yogyakarta selain gorong-gorong besar di jalan utama, pada jalan masuk ke pemukiman warga, bahkan gang-gangnya, mengalir drainase di bawah jalan dan gang kampung tersebut. Tepas.id sempat mengintip drainase yang cukup besar berada di bawah jalan kampung di Kawasan Bahusasran. Sempat melongok ke bawah melalui celah jendela Kontrol drainase di bawah jalan kampung tersebut, kami perkirakan diameternya sekira empat meteran, setelah hujan aliran air yang cukup deras akan terdengar dari jendela kontrol drainase tersebut. Artinya air mengalir tanpa hambatan sampah.

Pola drainase semacam ini barangkali bisa ditiru oleh kota-kota yang hanya membangun gorong-gorong besarnya di jalan utama saja. Yang juga perlu ditiru adalah kesadaran warga untuk tidak menyumbat drainase di perkampungannya dengan sampah. Kebersihan, dengan tidak membuang sampah sembarangan, menjadi salah satu kunci pencegahan banjir. (MIM)

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gogo77
Adam77
Sonitoto
https://157.245.54.14/
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
Kaki777
https://mydaughtersdna.org/