Komunikasi Visual Promosi Bukan Hal Yang Mudah

Komunikasi Visual Promosi Bukan Hal Yang Mudah

Share

Bentuk promosi visual cukup beragam, bisa berupa tayangan video promo, billboard, neon sign, poster, leaflet. Itu yang umum dan masih sering kita jumpai.

Tayangan video promo, berupa iklan di televisi saat ini sudah cukup baik. Untuk sebuah ukuran iklan visual, yang utama adalah menghibur. Selain itu harus mudah dicerna pesan yang disampaikannya. Bumbu humor sepanjang itu berkaitan dengan pesan yang disampaikan, dan bukan humor yang kasar boleh disajikan, karna seperti  saya sampaikan dimuka, konsep video promo harus menghibur.

Menghibur tidak hanya dari adegan yang ditampilkan, namun juga dari pengambilan kamera dan paduan warna setting lokasi saat shooting, akan sangat berpengaruh terhadap promo itu diapresiasi atau tidak oleh masyarakat.

Soal billboard, ini menarik. Sampai saat ini masih banyak bidang usaha atau kantor institusi yang memasang billboard ditmpel di tiang dan dipasang horizontal sesuai dengan pandangan pengendara di jalan. Sah-sah saja sih. Namun dari sisi estetika tata kota, pada jalan yang merupakan jalur usaha atau jalur dagang, tentu akan menjadi agak kumuh dengan banyak-nya plang-plang semacam ini. Oleh karenanya pola pemasangan billboard perusahaan besar perlu ditiru. Nama perusahaan atau nama institusi dibuat dengan tidak berupa billboard. Saat ini sedang musim menjadi bagian dari ornamen pagar gedung, atau malah bila memiliki lahan besar bisa jadi bagian pemanis taman.

Nama institusi juga bisa dibuat cantik dengan gaya neon sign yang ditempel pada dinding gedung atau pada roof dan juga balkon gedung. Ini lebih bernilai estetik, apa lagi dibuat sedemikian rupa sehingga justru malah mempercantik gedung.

Bagaimana dengan Poster atau yang sejenis seperti Baliho dan leaflet atau brosur, masihkah bentuk promo atau penyampaian informasi semacam ini ceukup efektif? Saat ini orang bilang, jamannya sudah modern, gadget sudah jadi media keseharian untuk mengakses apapun termasuk promo atau informasi. Jadi poster dirasa kurang efektif dan ketinggalan jaman. Namun, saya rasa poster, brosur, spanduk atau leaflet masih diperlukan. Dengan catatan, penyebarannya yang harus diperhitungkan, sehingga tidak membawa dampak pada kekumuhan kota karena menjadi sampah.

Konsepnya sebuah promo itu, sebelum konsumen memerlukan apa yang ditawarkan adalah nama dan keunggulan produknya tertanam di memory calon konsumen. Brosur, baliho, poster, spanduk dan sejenisnya menjadi cara yang cukup efektif untuk ‘menanam’ nama produk di memori calon konsumen.

Kalau sudah tertanam, ada kemungkinan calon konsumen tinggal memilih produk yang dipromokan tadi. Itulah fungsi brosur, Baliho, spanduk dan poster.

Yang jadi masalah, pihak perusahaan seringkali memaklunkan pemasangan spanduk dan sejenisnya kepada pihak ketiga, sehingga seringkali mengabaikan keindahan kota. Terlebih bila promo sudha usai, tidak jarang poster dan baliho promo masih terpasang dan oleh pihak ketiga tadi tidak diambil, sehingga kondisinya pun sudah lusuh atau compang-camping.

Percaya syukur, gak percaya pun gak papa, pengabaian estetika pemasangan poster akan berdampak pula pada respek dari masyarakat yang akan berpengaruh pada penurunan omset jual. Kalau di bidang politik, banyak kok calon kepala daerah yang akhirnya kehilangan respek masyarakat karena poster kampanyenya merusak keindahan kota. Padahal instruksi pasangnya sendiri, bukan oleh calon walikota secara langsung. (MIM/Foto Dok. Tepas.id)

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *