Harga minyak goreng nabati mengalami kenaikan di seluruh dunia selama dua tahun krisis kesehatan COVID-19. Kenaikan tersebut menjadi semakin tinggi sejak dua bulan lalu ketika Rusia menginvasi Ukraina.
Kenaikan harga minyak goreng ini merugikan orang-orang di seluruh dunia yang menggunakan minyak untuk memasak makanan mereka.
Minyak goreng nabati dari kelapa sawit, jagung, dan kedelai mencapai rekor harga tertinggi di bulan Februari lalu. Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengatakan harga kembali naik 23 persen pada Maret.
Toko kebutuhan bahan pokok di Turki, misalnya, telah membatasi jumlah minyak goreng yang dapat dibeli oleh konsumen.
Di Istanbul, Mahsun Aktas, pelayan makanan dan juru masak di restoran yang menjual makanan laut seperti ikan, cumi, dan kerang, mengatakan restoran akhirnya menaikkan harga makanan sejak April karena minyak goreng menjadi empat kali lebih mahal dibanding tahun sebelumnya.
Dia mengatakan restoran sempat menunda-nunda kenaikan harga, dengan harapan harga minyak goreng akan turun.”Tapi kami melihat tidak ada penurunan,” katanya.
Sementara itu, pemerintah Indonesia menyatakan penghentian sementara ekspor minyak goreng. Itu artinya harga minyak sawit di pasaran internasional akan naik lagi. Mahalnya harga minyak goreng di Indonesia menjadi salah satu penyebab unjuk rasa baru-baru ini yang berlangsung di Jakarta.
Seorang wanita bernama Emiwati, pengelola warung makan kecil, mengatakan bahwa dia membutuhkan 24 liter minyak setiap hari untuk membuat makanan tradisional yang dijualnya. Dia mengalami kesulitan membeli minyak yang dia butuhkan. Emiwati mengatakan dia tidak menaikkan harga karena dia tidak ingin kehilangan pelanggan. Tapi, dia mesti merogoh kocek lebih dalam. “Saya sedih,” kata Emiwati.
Metode memasak baru
Glaudina Nyoni, dari Harare, Zimbabwe, yang sedang berbelanja di sebuah toko makanan,mengatakan kepada seorang jurnalis bahwa harga minyak telah naik 100 persen selama dua bulan terakhir.
“Kami hanya perlu merebus semuanya sekarang. Aktivitas penggorengan sudah tidak ada lagi,” katanya.
Di Inggris, Spanyol, dan Italia, toko-toko juga membatasi jumlah konsumen yang membeli minyak goreng.
Yawar Khan, pemilik sebuah restoran India di London, mengatakan 20 liter minyak goreng yang semula berharga $28, sekarang menjadi $49. Tetapi, Khan mengatakan bahwa membebankan biaya yang lebih tinggi kepada pelanggan akan menyebabkan “bencana”.
Perusahaan internasional seperti Unilever dan Cargill memperingatkan bahwa harga produk yang menggunakan minyak, seperti sabun dan mayones, akan naik.
Kapan harga turun?
Steve Mathews, yang berlajar pertanian di Gro Intelligence, sebuah perusahaan riset, mengatakan jika Rusia dan Ukraina mencapai kesepakatan untuk menghentikan perang, mungkin bakal ada penurunan harga minyak goreng dalam jangka pendek.
Saat ini, pemilik restoran dari London hingga negara bagian Tennessee di AS selatan khawatir usaha mereka akan segera gulung tikar.
“Ini sangat, sangat menakutkan,” kata Harry Niazi, penjual ikan goreng dan kentang di London.
Di Tennessee, Christine Coronado, penjual makanan gorengan di kedai bernama Jordan’s Grab n’ Go, mengatakan dia akhirnya menaikkan harga makanan yang dijualnya pada bulan April.
“Kita pasti tidak suka menaikkan harga. Tetapi, biaya produksi sekarang jauh lebih tinggi daripada beberapa tahun yang lalu,” katanya.(AP/VOA/WAK)

Hobi menyusun kata dan susur gua