“Besok kita ngonten yuk!” Kalimat tersbut bukan hal yang asing di telinga kita. Ini yang sering diucapkan mereka yang mengaku sebagai video creator. Satu saat saya pernah tanya beberapa remaja yang tengah membuat konten untuk youtube mereka. “Bikin konten apa dik?” “Ya konten kak, konten video,” jawab mereka. “Iya konten apa? Feature, vlog, review, documentary?” tanya saya. Mereka pun bingung. “Apaan tuh bang?”
Hmm ngakunya di bio IG dan TikTok mereka konten Kreator, tapi gak tahu jenis-jenis video yang dibuat itu apa saja. Gak heran, di kita sebuah video yang viral sekalipun, dua, tiga bulan, kemudian finish. Ini semua karena video hanya dibuat untuk ngejar klik, Meski kreatif, namun masih belum memiliki konsep yang proper dalam pembuatan video.
Bila sudah mengaku sebagai konten kreator atau video creator, sebaiknya kalian tahu jenis-jenis produksi video, agar kalian bisa menemukan di mana sebenarnya skill kalian yang pas untuk diteruskan menjadi ciri dari kreasi kalian.
Bentuk produksi video sendiri banyak macamnya, ada vlog, feature, short movie, sketsa, documentary, review, video talkshow dan juga news.
Vlog adalah singkatan dari video vlog, isinya soal aktifitas sehari-hari kalian yang menarik untuk dibagikan. Aktifitasnya adalah yang umum dan biasa kalian lakukan. Bisa hal menarik di sekolah, aktifitas hobi, aktifitas di organisasi, band, traveling atau cerita lain dari sisi kehidupan kalian. Isinya bisa jadi hanya cuplikan-cuplikan dua sapai 4 menitan aktifitas kalian sehari hari. Bisa random bisa juga kronologi perjalanan aktifitas, misal seperti yang sedang marak saat ini, yaitu perjalanan dari rumah ke sekolah, kampus atau tempat kerja. Biasanya yang jarak rumah ke kantor atau kampusnya jauh. Karena selama dalam perjalanan pasti banyak hal menarik yang ditemukan.
Video feature adalah video informasi yang mengangkat topik tertentu dan dikemas menjadi sebuah dokumentasi yang bercerita. Misal kalian membuat feature produksi hiasan dari limbah. Kalian bisa ceritakan secara detil produksinya apa, siapa penggagasnya, bagaimana sejarah produksi itu dibuat sehingga bisa maju seperti sekarang dan juga informasi soal cara pembuatan, pemasaran dan yang terpenting lokasinya berada di mana. Feature bisa mengambil topik apapun. Bisa Sejarah, Wisata, tempat menarik. Dalam feature, narasi menjadi wajib sebagai pengantar cerita mengiringi dokumentasi gambar yang diambil. Wawancara bisa dijadikan insert dengan durasi yang tidak panjang. Wanwancara dihadirkan orang-orang penting yang terlibat, atau mengetahui banyak soal topik yang diangkat dalam feature tersebut. Gambar yang ditampilkan harus mengalir tanpa dibuat-buat.
Short movie adalah film pendek. Kalian pasti sudah banyak yang mengenal soal ini. Ada skenario, ada pemeran, ada sutradara, ada crew shooting, music illustrator dan kelengkapan produksi film lainnya. Karena berhubungan dengan seni peran, untuk membuat short movie harus melibatkan seseorang yang setidaknya paham bagaimana membuat kisah dan juga membuat produksi film yang proper. Short movie bisa dibuat antara 15 sampai 25 menit.
Sketsa adalah film pendek yang mencerminkan cerita di kehidupan sehari-hari. Umumnya sketsa dibuat dengan konsep komedi, karena lebih menarik, sekaligus menghibur. Yang sering dibuat dan tampilkan di IG sketsa umumnya hanya berdurasi paling panjang 3 menit. Kreatifitas mencari joke-joke baru yang disisipkan dalam kisah yang diangkat, bisa menjadi hiburan tersendiri yang umumnya akan menjadi trend.
Documentary adalah film documenter yang mengangkat satu topik tertentu. Gambar yang ditampilkan adalah aktifitas real tanpa rekayasa. Untuk membedakan dengan feature, documentary biasanya lebih bersifat kronologis. Misal film dokumenter para penyadap nira untuk dijadikan minuman. Dalam film dokumenter akan dihighlight tokoh utama, misal si penyadap nira tadi. Aktifitas kesehariannya dikokumentasikan sejak ia bangun dan bersiap bekerja sampai kembali ke rumah. Kemudian bagaimana ia meperlakukan nira. Apakah diproduksi sendiri menjadi minuman atau ia jual ke pengepul untuk diproduksi di pabrik yang besar.
Dalam film dokumenter, bisa juga disisipkan sisi-sisi menarik yang menyertai tokoh utama. Ada cerita-cerita lain yang mengiringi topik utama yang diangkat. Beda lainnya dengan feature, adalah soal insert wawancara. Pada documentary umunya obrolan si tokoh utama saat ia bercerita tentang bagaimana aktifitasnya adalah berupa obrolan bisas, yang mengalir tidak seperti wawancara formil. Itu pun dibuat tidak pada satu scene khusus seperti pada feature.
Video review adalah video yang mengulas soal produk tertentu. Isinya adalah cerita atau pengalaman saat menggunakan produk tertentu atau saat menggunakan produk jasa. Video review pengaruhnya saat besar pada baik buruknya suatu produk. Saran saya tetap berhati-hati, agar bisa terhindar dari apa yang biasa disebut dengan pencemaran nama baik. Berita baiknya, sejauh ini sangat jarang terjadi sebuah video review kemudian dipersoalkan oleh produsen. Dua kasus terakhir pun berakhir dengan damai dan malah berdampak pada pergantian intern di manajemen karena dianggap tidak paham akan fungsi video review yang kalau di luar negeri umumnya menjadi feedback untuk perusahaan.
Video talkshow adalah video yang berisi soal perbincangan dengan topik tertentu. Hampir mirip dengan podcast, hanya kalau video talkshow umumnya bahasannya lebih journalism concept, meski disajikan dengan santai sekalipun. Berbeda dengan podcast yang lebih entertaining. Pada video talkshow agar tidak jenuh, sambil ditampilkan pembahasannya bisa juga ada insert tayangan dokumentasi yang berhubungan topik yang sedang dibicarakan. Ini akan lebih menarik dan bisa membuat pemirsa lebih paham pada persoalaan yang diperbicangkan.
News Video pasti kalian sudah mengenal. Apalagi kalian yang suka nonton Metro TV, TV One, CNN atau News Video lainnya. News video dibuat mengangkat topik atau peristiwa tertentu, isinya narasi berita yang diangkat lengkap dengan video dokumentasi dari peristiwa yang terjadi. Sebuah video berita harus menampilkan narasumber yang berkepentingan atau ‘terlibat’ dalam peristiwa tersbut. Nara sumber bisa jadi dua sampai tiga orang, tergantung dari apa peristiwanya. Karena tidak semua peristiwa memiliki naras umber yang satu suara. Ada juga kan narasumber yang berbeda kapasitas dengan pasti beda pandangan, namun berada pada peristiwa yang sama, misal pada suatu insiden ada pelaku, ada pula korban. Dalam prinsip jurnalistik tentu keduanya harus diwawancarai secara berimbang, yang dikenal dengan cover both side.
Nah setelah kalian mengenal jenis-jenis video tadi, setidaknya kalian bisa tahu, konten apa yang bisa kalian buat dengan lebih kreatif dan tidak hanya begitu-begitu saja, asal shoot tapi gak tau arahnya mau buat apa. (MIM)

Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.