26 Mei 2021, Super Blood Moon kembali akan menyambangi sejumlah wilayah di Indonesia. Di Indonesia Bagian Barat, Gerhana akan memulai prosesnya pada pukul 18.09 dan akan berada pada puncak gerhana pada pukul 18.18 WIB, serta berakhir pada pukul 18.27.
Gerhana bulan total Rabu petang ini, bersamaan dengan perige atau jarak terdekatnya dengan bumi sehingga cahayanya bila tidak terjadi gerhana menjadi lebih terang dan bulatannya lebih besar. Berbarengan dengan perige inilah sehingga saat terjadi gerhana, cahaya bulan masih nampak, namun berwarna lebih merah, sehingga disebut dengan Super Blood Moon.
Bisa jadi anak millennial saat ini tidak mengenal tradisi kotekhan saat terjadi gerhana bulan. Kothekan adalah tradisi membunyikan segala macam peralatan yang berbunyi saat dipukul. Tradisi ini adalah warisan budaya Jawa kuno, di mana saat itu mereka percaya bahwa proses gerhana terjadi karena bulan atau matahari ditelan oleh Batara Kala (Dewa penguasa waktu yang disimbolkan sebagai raksasa yang berwajah seram)
Dalam kepercayaan itu bila segala benda dibunyikan, maka Bulan atau matahari yang ditelannya akan dimuntahkan kembali. Pada masyarakat yang lebih ‘nyeni,’ alat untuk menggelar kothekan, bias adalah lesung kayu untuk menumbuk padi, tentu dipukul dengan alunya. Kentongan atau alat musik bambu, pun digunakan saat kothekan digelar.
Pada gerhana matahari, tradisi yang dilakukan bahkan lebih banyak. Diantaranya mereka yang sedang hamil harus bersembunyi di kolong dipan atau di bawah kursi, meja, agar bayi yang dikandung tidak mengalami gangguan. Mitos masyarakat Jawa kuno, bila tidak bersembunyi, konon saat bayi lahir akan Anda tanda lahir di wajah yang berbeda warna dari warna kulit bayi.
Di beberapa tempat di Jawa Tengah dan Jawa Timur bahkan dipercayai bahwa tanaman padi saat gerhana harus disiram air, sementara tanaman yang besar harus pula dipukul-pukul agar tidak terjamah Batara Kala. (MIM)

Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.