Letusan dari gunung berapi yang relatif kecil dapat melumpuhkan infrastruktur vital, menjungkirbalikkan rute perdagangan global dan merugikan perekonomian hingga miliaran dollar. Begitu kesimpulan hasil penelitian terbaru.
Sebuah hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications menunjukkan bahwa letusan dari gunung-gunung berapi yang lebih kecil memiliki potensi kehancuran yang lebih besar.
Menurut para peneliti di Pusat Studi Risiko Eksistensial Universitas Cambridge, globalisasi telah mendorong munculnya klaster infrastruktur penting yang berlokasi di dekat gunung berapi berkekuatan lebih rendah.
Klaster-klaster itu, menurut penelitian, telah menciptakan “titik jepit” di Taiwan, Mediterania, LautTiongkok Selatan, Selat Malaka dekat Singapura, perbatasan Tiongkok-Korea Utara, Atlantik Utara, dan barat laut Amerika Serikat. Titik jepit ini memiliki peran penting dalam sektor manufaktur, pengiriman barang, dan penerbangan.
“Bahkan letusan kecil di salah satu area yang kami identifikasi dapat mengeluarkan abu yang lumayan banyak dan menghasilkan goncangan cukup besar sehingga mengganggu jaringan yang penting bagi rantai pasokan global dan sistem keuangan,” jelas Lara Mani, penulis utama penelitian,dalam siaran persnya.
“Saat ini, perhitungan risiko terlalu condong ke arah ledakan raksasa atau skenario mimpi buruk, di tengah risiko yang lebih mungkin datang dari peristiwa letusan moderat yang dapat menonaktifkan komunikasi internasional utama, jaringan perdagangan, atau pusat-pusat transportasi,” tambahnya.
Menurut Mani, letusan yang lebih kecil dengan peringkat hingga 6 pada “indeks ledakan vulkanik,” dibanding 7 dan 8, dapat menghasilkan awan abu, semburan lumpur dan tanah longsor. Itu bisa merusak tanaman, menyebabkan kekurangan pangan, merusak kabel bawah laut, menyebabkan penutupan pasar keuangan dan menyebabkan kekacauan politik.
Para peneliti menunjuk pada letusan 2010 gunung berapi Eyjafjallajökull di Islandia. Meskipun itu adalah letusan berkekuatan 4, namun cukup dekat dengan titik kecil utama daratan Eropa. Gumpalan abu menyebabkan wilayah udara Eropa ditutup, merugikan ekonomi global senilai 5 miliar dollar AS.
Sebaliknya, ketika Gunung Pinatubo di Filipina meletus pada tahun 1991, letusan berkekuatan 6 sekitar 100 kali lebih besar dari skala Eyjafjallajökull, justru tidak terlalu mengganggu karena jaraknya yang jauh dari infrastruktur penting.
Laporan penelitian tersebut menyarankan bahwa sudah waktunya untuk mempertimbangkan kembali penilaian risiko gunung berapi.(UPI/YUL)

Hobi menyusun kata dan susur gua