Sejumlah lomba foto mengawali tahun 2022 kembali banyak diketengahkan, mulai dari komunitas, lembaga pemerintah atau swasta, yayasan kemanusiaan dan lingkungan, serta banyak lagi. Tema-tema yang diusung, terlebih saat peringatan hari besar tertentu, sangat variatif sehingga memungkinkan dapat nuansa baru dari jepretan para juaranya.
Namanya lomba foto, soal komposisi, kekuatan objek, estetika foto, pasti jadi nilai plus yang memungkinkan jadi juara pada lomba dengan genre apapun. Tapi, jangan lupa pula dengan kekuatan tema. Ketika tema sudah diluncurkan, maka juri memiliki kewajiban untuk ‘menyeimbangkan’ soal estetika foto dengan tema yang diusung.
Sejatinya semua kehebatan teknis tadi tetap harus dikorelasikan dengan tema. Meski objeknya kuat, memiliki komposisi dan angle yang lebih dari cukup, namun bila tidak berkorelasi dengan tema, maka sebaiknya juri tidak perlu ragu mengabaikan foto-foto tersebut.
Satu kasus yang unik masih terjadi di lomao foto berlevel nasional dengan tema keselamatan jalan. Sejatinya gambar-gambar yang muncul adalah gambar yang menjadi warning keselamatan yang diabaikan, atau sebaliknya gambar-gambar yang memunculkan fasilitas dan infrasturktur jalan yang membantu pengendara menghindari terjadinya kecelakaan.
Foto bisa saja menggambarkan jalan nasional yang dipinggirnya banyak pedagang kaki lima sementara jalur jalan sering dilalui kendaraan berkecepatan tinggi sehingga gambar bisa jadi warning bahwa berdagang di pinggir jalan raya sangat lah membahayakan.
Bisa pula sebuah foto jalan menurun namun di sisi kiri ujung jalan tersebut ada fasilitas emergency safety area (jalur penyelamat). Atau foto jalan dengan beraneka rambu yang bisa menjadi warning agar pengendara mengikuti instruksi rambu.
Yang muncul dalam loba tersebut ternyata pemenangnya yang dipilih adalah mereka yang menonjolkan gambar estetis tanpa tertangkap pesan keselamatan jalan yang diharuskan muncul sebagai tema. Malah ada foto yang menggunakan drone yang menggambarkan jalan yang berbelok indah di sela hutan saat dijepret dari atas. Lalu apa pesan yang bisa ditangkap dari gambar tersebut, jika temanya soal keselamatan jalan?
Ada pula lomba dengan tema soal potensi wisata dan ekonomi desa. Dari tema sudah jelas tolok ukurnya adalah potensi. Bicara soal ini, artinya juri harus paham makna potensi. Potensi adalah salah suatu kekuatan yang bisa menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Artinya kalau bicara wisata dan ekonomi maka harus desa yang memiliki kekuatan untuk bisa berkembang karena memiliki landasan yang kuat untuk jadi besar.
Tapi apa yang terjadi? Pemenangnya justru memunculkan gambar desa yang based ekonominya sudah maju dan wisatanya sudah dikenal. Gak nyambung dong dengan tema yang diusung.
Ini barangkali yang harus dicermati para pembuat lomba foto, pemahaman juri akan tema yang harus muncul pada jepretan peserta, harus diyakinkan dan dibahas secara khusus agar lomba tematik tersebut mencapai goal yang diinginkan dan tidak terjebak hanya pada sisi estetika yang berulangkali sudah terjadi. (MIM/RSD)

Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.