DNA yang diekstrak dari sisa-sisa tubuh yang ditemukan di gua Bulgaria yang terdiri dari tiga orang yang hidup sekitar 45.000 tahun yang lalu mengungkapkan kejutan tentang beberapa populasi Homo sapiens pertama yang menjelajah ke Eropa, termasuk kawin silang ekstensif manusia purba Neanderthal dan kemungkinan adanya hubungan genetik dengan orang Asia Timur saat ini.

Sekelompok peneliti mengatakan belum lama ini mereka telah mengurutkan genom (materi genetik yang menjadi cetak biru atau rancangan dari suatu mahluk hidup) dari tiga individu ini — semuanya laki-laki — menggunakan DNA yang diperoleh dari gigi geraham dan fragmen tulang yang ditemukan di Gua Bacho Kiro, dekat kota Dryanovo, Bulgaria. Beberapa peneliti juga mengurutkan genom satu perempuan, yang diperkirakan hidup sekitar 35.000 tahun yang lalu di tempat yang sama.
Menurut para peneliti, species yang mereka temukan ini pertama kali muncul di Afrika sekitar 300.000 tahun yang lalu dan kemudian melakukan perjalanan ke bagian lain dunia, terkadang bertemu Neanderthal, yang sudah mendiami bagian Eurasia. Tiga laki-laki Gua Bacho Kiro itu mewakili individu Homo sapiens tertua dari Eropa.
“Mereka memiliki 3% hingga 3,8% DNA Neanderthal, dan memiliki nenek moyang Neanderthal sekitar lima hingga tujuh generasi yang lalu dalam sejarah keluarga mereka, bukti adanya kawin silang,” papar ahli genetika Mateja Hajdinjak dari Francis Crick Institute di London, penulis utama penelitian.
Hasil penelitian mereka telah diterbitkan di jurnal Nature, baru-baru ini.
Perkawinan silang, yang dikenal sebagai pencampuran, antara Homo sapiens dan Neanderthal sebelum kepunahan Neanderthal sekitar 40.000 tahun yang lalu, telah ditunjukkan sebelumnya dengan populasi manusia saat ini di luar Afrika yang memiliki persentase kecil DNA Neanderthal.
Prevalensi perkawinan silang ini dan hubungan serta dinamika kekuatan antara Homo sapiens dan Neanderthal lebih sulit untuk dipahami — termasuk peran apa pun yang dimainkan spesies manusia modern dalam kematian Neanderthal. Studi baru menunjukkan kawin silang lebih umum daripada yang sebelumnya diketahui untuk Homo sapiens pertama di Eropa.
Menurut ahli genetika dan dan juga penulis pendamping penelitian, Svante Pääbo, yang juga merupakan direktur Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusi di Jerman, ini adalah “pengamatan yang luar biasa” bahwa ketiga individu yang ditemukan itu memiliki nenek moyang Neanderthal dalam sejarah keluarga mereka.
“Hal ini memungkinkan manusia modern paling awal sering bercampur dengan manusia purba Neanderthal ketika mereka bertemu. Bahkan mungkin sebagian alasan mengapa Neanderthal menghilang adalah karena mereka hanya terserap ke dalam kelompok manusia modern yang lebih besar. Ini mungkin hanya sebagian dari alasan mereka menghilang tetapi datanya mendukung skenario seperti itu,” jelas Pääbo.
Para peneliti mendeteksi kontribusi genetik di antara orang-orang masa kini dari kelompok yang termasuk ketiga individu yang baru ditemukan ini. Secara tak terduga, kontribusi genetik tersebut ditemukan terutama di Asia Timur, termasuk Cina, bukan di Eropa. Ini menunjukkan bahwa beberapa orang dari kelompok itu akhirnya menuju ke timur.
“Studi ini menggeser pemahaman kami sebelumnya tentang migrasi manusia purba ke Eropa dengan cara menunjukkan bagaimana sejarah paling awal dari manusia modern di Eropa mungkin penuh gejolak dan melibatkan penggantian populasi,” kata Hajdinjak.
Pertanda penggantian populasi diilustrasikan oleh fakta bahwa individu berusia 35.000 tahun dari Gua Bacho Kiro itu termasuk dalam kelompok yang secara genetik tidak terkait dengan penghuni situs tersebut sebelumnya.
Penelitian lain yang diterbitkan pada di jurnal Nature Ecology & Evolution menjelaskan lebih banyak tentang populasi awal Homo sapiens di Eropa.
Para ilmuwan mengurutkan genom perempuan Homo sapiens menggunakan DNA yang diekstrak dari tengkorak yang ditemukan di sebuah situs di barat daya Praha di Republik Ceko. Dia diyakini hidup lebih dari 45.000 tahun yang lalu, meskipun upaya penanggalan radiokarbon untuk menentukan tanggal pasti tidak berhasil.
Perempuan itu membawa 3% keturunan Neanderthal dan memiliki sifat genetik yang menunjukkan dia memiliki kulit gelap dan mata gelap. Demikian dipaparkan ahli genetika Kay Prüfer dari Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusi, yang merupakan penulis utama penelitian.
“Tengkoraknya menunjukkan bukti telah digerogoti oleh predator, mungkin seekor hyena,” kata Prüfer.
Kelompoknya, berbeda dengan yang ada di Bulgaria, tampaknya telah punah, tanpa meninggalkan keturunan genetik di antara orang-orang zaman modern.(RTR/LIG)

Hobi menyusun kata dan susur gua