Sekitar tahun 2016-2018, di jaman Kwarda Jabar masih kang Dede Yusuf Macan Effendi, hampir setiap minggu kami dengar update pebuatan jembatan bambu yang menghubungkan desa atau perkampungan yang terkendala akses penghubung.
Setiap libur Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru, pada Operasi Ketupat, Pramuka seringkali terlibat membantu kepolisian di pos-pos operasi untuk memperlancar tradisi mudik pada moment tersebut.
Pada peristiwan bencana, selain BPBD dan SAR, Pramuka juga turut hadir membantu stake holder yang ada, agar proses penangan bencana bisa dilakukan dengan paripurna.
Pendek kata, kehadiran Pramuka menjadi satu keniscayaan, karena Pramuka mengasah mental pemuda dan memberikan banyak keterampilan yang bisa diaplikasikan dalam bermasyarakat. Setidaknya itulah inti obrolan santai Tepas.id bersama anggota Pramuka Unit Protokol 0919 Kwarcab Kota Bandung, Rendra Renggana Mahesa.

Mahasiswa yang akrab disapa Mahesa ini mengatakan, dalam pramuka, setiap Saka dan Unit yang ada memiliki keterampilan khusus. Ada Saka yang menguasai penanganan kebencanaan dan rescue. Ada Saka yang paham soal peraturan dan tertib lalu lintas dan banyak lagi.
Oleh karenanya di setiap peristiwa, Pramuka bisa hadir dengan keterampilan khusus yang menonjol dari masing-masing saka. Keteramilan tersbut, tentu berpengaruh pula pada pembentukan pribadi, mental dan potensi di masa depan.

Setidaknya itulah yang Mahesa rasakan. Dari kiprahnya di Pramuka, ia seringkali terlibat bidang keorganisasian di luar pramuka, seperti di Forum Pelajar Sadar Hukum dan HAM baik di level Jawa Barat maupun Kota Bandung, Dari Pramuka pula ia bergabung dalam sejumlah moment penting di Kota Bandung dan sejumlah Dinas dalam bidang keprotokoleran.
Atas manfaatnya itu, ia mengharapkan agar pelajar dan mahasiswa, secara umum, para pemuda dapat terlibat menjadi Pramuka dan paham benar apa dan bagaimana Pramuka.
Selamat berhari Jadi ke 60. Dirgahayu Pramuka!!
(MIM/Foto, dok Rendra Renggana Mahesa)

Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.