Berwisata saat musim hujan sebenarnya tidak melulu membuat kita jadi terhambat. Kita yang hidup di daerah tropis dan hanya mengenal dua musim, tentu sudah terbiasa dengan adanya panas atau pun hujan. Meski demikian dengan perubahan alam yang ada, cuaca hujan tidak selamanya romantis.
Penggundulan area dataran tinggi, kebiasan massif warga membuang sampah, bisa membuat bencana yang tiba-tiba terjadi karena keteledoran manusia tadi, longsor dan banjir kerap terjadi tanpa terlihat tanda-tandanya.
Menghindari bencana yang terjadi tiba-tiba, bila kita ternyata berada di tempat wisata yang berpotenisi terjadi bencana hidrometereologi, mengenali jenis awan tidak ada salahnya, agar kita tahu potensi hujan yang akan turun hanya gerimis, sedang atau bahkan deras.
Yang pertama adalah awan Cumulonimbus. Awan ini pembawa hujan deras, yang tak jarang disertai angin dan petir. Berbentuk tebal, sehingga menghalangi sinar matahari. Awan jenis ini memiliki warna gradasi putih sampai gelap. Sebelum hujan turun tak jarang terdengar Guntur menggelegar berulang kali.
Awan Nimbostratus adalah awan penghasil gerimis. Gradasinya warna lebih ke putih sampai abu-abu. Bila Cumulonimbus pumpunan awannya sangat tebal, Nimbostratus relatif cukup menyebar. Awan Nimbostaratus bisa pula muncul dari awan stratus, awan yang muncul mengikuti arah angin yang bergerak.
Awan Stratocumulus, juga menimbulkan hujan namun tidak terlalu deras dan berada pada posisi rendah. Biasanya juga awan bergerak lebih cepat dari awan yang sudah dijelaskan di atas. Bentuknya kecil-kecil seperti kapas yang terserak namun ‘bergandengan’ satu sama lain. Posisinya mudah diamati saat berada di dataran tinggi.
Dengan mengenali awan tersebut, setidaknya saat sedang berwisata alam, kita bisa memutuskan kemana kita beranjak ke posisi yang relatif lebih aman dari resiko dan dampak hujan yang turun. (MIM)

Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.