Varian Delta dari virus SARS-CoV-2 bertanggung jawab atas sebagian besar kasus infeksi virus corona di seluruh dunia. Meski demikian, vaksin COVID-19 bekerja dengan baik terhadap varian Delta sejauh ini.
Varian Delta, pertama kali diidentifikasi di India pada Desember 2020, dan menjadi jenis virus SARS-CoV-2 yang paling meresahkan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan Delta sebagai varian yang patut diwaspadai, karena varian tersebut dapat meningkatkan penyebaran penyakit, menyebabkan penyakit yang lebih parah atau mengurangi efek vaksin dan perawatan.
Shane Crotty adalah ahli virus di La Jolla Institute for Immunology di San Diego. Dia menggambarkan kemampuan Delta untuk menyebar sebagai “kekuatan super”.
Delta mampu menyebar lebih dari dua kali lebih cepat daripada varian SARS-CoV-2 lainnya. Demikian menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS. Studi menunjukkan varian ini lebih mungkin untuk menyebabkan orang yang terinfeksi dirawat di rumah sakit daripada varian virus sebelumnya.
Delta juga dapat menyebabkan gejala dua hingga tiga hari lebih cepat daripada SARS-CoV-2 yang asli, memberikan sistem kekebalan lebih sedikit waktu untuk melakukan pertahanan.
Orang yang terinfeksi Delta membawa virus sekitar 1.200 kali lebih banyak di hidung mereka dibandingkan dengan jenis pertama virus corona. Jumlah virus pada individu yang divaksinasi yang terinfeksi Delta hampir sama dengan mereka yang tidak divaksinasi. Orang yang divaksinasi dan yang tidak divaksinasi sama-sama dapat menyebarkan virus ke orang lain.
Namun, pada orang yang divaksinasi, jumlah virus turun lebih cepat, sehingga kemungkinan mereka menyebarkan virus dalam waktu yang lebih singkat.
WHO mengatakan Delta membentuk 99,5 persen dari semua sampel genetik infeksi virus corona yang dilaporkan ke database publik.
Namun, di Amerika Selatan, di mana Delta telah menyebar lebih lambat, varian lain seperti Gamma, Lambda, dan Mu masih merupakan sejumlah besar kasus yang dilaporkan.
Banyak ahli vaksin memprediksi bahwa semua varian masa depan akan berkembang dari Delta. Salah satu varian tersebut dikenal sebagai AY.4.2. Di Inggris, varian tersebut mewakili 10 persen sampel virus.
Badan keamanan kesehatan pemerintah Inggris menyebut AY.4.2 sebagai “Varian Dalam Penyelidikan”. Para pejabat mengatakan studi awal menunjukkan varian tersebut tidak secara substansial mengurangi efektivitas vaksin dibandingkan dengan Delta. Namun, ada beberapa bukti bahwa AY.4.2 dapat menyebar lebih mudah daripada Delta.
Sementara vaksin saat ini mencegah penyakit parah dan kematian. Namun begitu, vaksin tidak menghalangi infeksi. Artinya, seseorang yang telah divaksinasi masih membawa virus dan dapat menularkan virus kepada orang lain.(RTR/VOA/TRI)

Hobi menyusun kata dan susur gua