data macau toto macau
slot mania
https://mpo-slot.pa-ruteng.go.id/
https://anti-rungkad.pa-ruteng.go.id/
rtp slot
slot88
slot ovo
slot zeus
togel kamboja
slot jepang
slot gopay
slot bonus
dewa slot
akun pro thailand
akun pro kamboja/
mpo slot
Mewujudkan ‘Sustainable Fashion’ bersama APR demi Kehidupan Berkelanjutan

Mewujudkan ‘Sustainable Fashion’ bersama APR demi Kehidupan Berkelanjutan

Share

Di era pendidihan global [global boiling] saat ini, di mana kesadaran lingkungan menjadi semakin penting dibandingkan era-era sebelumnya, kehidupan berkelanjutan [sustainable living] sangat perlu kita wujudkan. Mengadopsi sustainable fashion adalah salah satu kunci dalam upaya menggapai kehidupan yang berkelanjutan di planet Bumi ini.

Jujur saja, nyaris semua aktivitas kita berdampak buruk terhadap lingkungan. Aktivitas dan pilihan kita sehari-hari, mulai dari makanan dan minuman yang kita konsumsi, moda transportasi yang kita gunakan hingga busana yang kita kenakan meninggalkan jejak karbon yang dampak kumulatifnya membuat temperatur Bumi kita kian meningkat.

Kabar buruknya, sekarang ini, kita tidak lagi berada di era pemanasan global. Melainkan sudah memasuki era pendidihan global. Paling tidak hal itulah yang dapat kita tangkap dari pernyataan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa [PBB], Antonio Guterres, setelah para ilmuwan mengonfirmasi bahwa Juli silam menjadi bulan terpanas dalam sejarah kehidupan Bumi.

Berbicara di depan para jurnalis di Markas Besar PBB, akhir Juli lalu, Antonio Guterres memperingatkan bahwa era pemanasan global telah berakhir dan era pendidihan global telah tiba. Namun, menurutnya, meskipun perubahan iklim terbukti, kita masih bisa menghentikan hal terburuk. 

“Tapi untuk melakukannya kita harus mengubah tahun panas membara menjadi tahun ambisi membara,” sebut Guterres, seperti dikutip laman un.org.

Pilihan di tangan kita 

Dengan realita tersebut, kita perlu beradaptasi dan mengambil langkah-langkah lebih konkret. Bagaimanapun, buntut kondisi Bumi yang mulai mendidih menjadikan kekeringan ekstrem, banjir dahsyat, kebakaran hutan serta penyebaran penyakit zoonosis bakal lebih sering mengancam.

Kini, pilihan sepenuhnya berada di tangan kita. Kita semua sejatinya dapat meminimalkan dampak lingkungan dari aktivitas kita sehingga berkontribusi terhadap ekosistem yang lebih sehat dan lebih berkelanjutan. Mengadopsi sustainable fashion alias fesyen berkelanjutan adalah salah satu ikhtiar dalam mewujudkan kehidupan yang lebih berkelanjutan di planet Bumi ini.

Seperti kita ketahui, fesyen adalah industri bernilai miliaran dolar yang mempunyai dampak besar terhadap lingkungan kita. Industri fesyen menyumbang sekitar 10 persen emisi karbon global dan hampir 20 persen air limbah. Bukan itu saja, industri fesyen juga terkenal boros air. 

Sekadar ilustrasi, untuk menghasilkan satu kilogram kapas sebagai bahan celana denim, kita membutuhkan sekitar 7.500–10.000 liter air. Ini setara dengan air minum untuk satu orang selama 10 tahun! Sementara itu,  untuk menghasilkan serat poliester sebagai bahan pakaian, dibutuhkan sekurangnya 70 juta barel minyak per tahun.

Dalam hal sampah, industri fesyen juga menjadi penghasil sampah yang lumayan besar. Ditaksir sekitar 7 persen dari total jumlah sampah di tempat pembuangan sampah global berupa sampah fesyen. Belum lagi sampah plastik yang dihasilkan dari produksi tekstil yang mencapai 42 juta ton per tahun.

Bagaimana mewujudkan fesyen berkelanjutan

Seperti disebutkan dimuka, mengadopsi sustainable fashion alias fesyen berkelanjutan adalah salah satu ikhtiar dalam mewujudkan kehidupan yang lebih berkelanjutan di planet Bumi ini. 

Mengutip laman aprayon.com, setidaknya tiga aspek yang perlu dipertimbangkan agar fesyen berkelanjutan. Apa saja?

Pertama, material atau bahan baku. Secara umum, serat alami lebih baik bagi lingkungan dibandingkan serat sintetis. Contohnya, rayon viscose yang terbuat dari selulosa kayu, yang merupakan serat alami yang dapat terurai secara hayati dan tidak mengandung plastik. Memilih serat alami tentu saja merupakan sebuah langkah tepat untuk mewujudkan fesyen berkelanjutan. 

Meski demikian, hanya karena suatu bahan alami tidak serta merta menjadikannya ramah lingkungan: Oleh karenanya, penting pula  untuk mempertimbangkan dari mana asal bahan baku itu diperoleh. Sekadar ilustrasi, Asia Pacific Rayon [APR], misalnya, mendapatkan bahan baku berkelanjutan dari hutan tanaman yang dikelola secara berkelanjutan di Indonesia dengan menggunakan spesies pohon yang tumbuh cepat dan unggul dalam penyerapan karbon dan pelepasan oksigen. Pohon dipanen setiap lima tahun sebelum ditanam kembali, untuk memastikan pasokan bahan mentah terbarukan secara konstan.

Kain Rayon Viscose. Foto: Freepik via kompas.com

Tak hanya itu, APR, yang merupakan bagian dari Royal Golden Eagle Group ini, juga meluncurkan followourfibre.com yang memanfaatkan teknologi blockchain guna memberikan transparansi penuh kepada para pelanggannya bahwa bahan baku mereka berasal dari sumber yang berkelanjutan.

Kedua, proses produksi, Pembuatan bahan mentah dan kain membutuhkan energi dan bahan kimia yang intensif, mulai dari produksi kain hingga pewarna yang digunakan untuk memberi warna. Produsen yang berkelanjutan harus berupaya mengurangi emisi dan mendaur ulang bahan kimia dan limbah, sehingga menciptakan proses produksi yang sirkular. Nah, APR berupaya mengelola emisi dan penggunaan bahan kimia ini. Dengan menjalankan proses manufaktur loop tertutup, APR dapat memulihkan lebih dari 90 persen bahan kimia yang digunakan dalam produksinya. Selain itu, pabrik milik APR sebagian besar ditenagai oleh energi yang dihasilkan dari biomassa terbarukan.Di saat yang sama, APR mendapatkan sebagian besar bahan bakunya secara lokal sehingga tidak memerlukan transportasi jarak jauh. Ini tentu saja dapat meminimalisasi emisi karbon yang dihasilkan.

Ketiga, komunitas. Sudah barang tentu penting untuk melihat bagaimana dampak yang lebih luas terhadap komunitas lokal. Oleh sebab itu, selain menciptakan lapangan kerja di wilayah operasi, perusahaan penyedia bahan baku perlu memberikan dampak positif terhadap wilayah tempat mereka beroperasi. Dalam hal ini, APR, misalnya, telah bermitra dengan produsen kain batik tradisional untuk membantu mereka menggunakan bahan viscose dan pewarna alami yang ramah lingkungan dalam pekerjaan mereka sehingga membawa dampak positif terhadap lingkungan.

Tak kalah penting sertifikasi 

Selain ketiga hal tersebut, aspek sertifikasi dari pihak ketiga juga ikut menentukan dalam memastikan fesyen berkelanjutan. Untuk kain alami, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menunjukkan bahwa bahan bakunya ditanam di perkebunan atau pertanian berkelanjutan. Dalam kasus APR, 100 persen pulp kayu yang dihasilkan APR sendiri telah disertifikasi, terutama melalui badan internasional PEFC.

Berikutnya adalah menunjukkan bahwa kain tersebut diproduksi secara bertanggung jawab, di fasilitas yang meminimalkan emisi dan penggunaan bahan kimia dan energi dengan tetap mempertimbangkan kesehatan dan keselamatan pekerja dan masyarakat sekitar. Sebagai perusahaan baru yang mulai beroperasi pada bulan Januari 2019, APR berupaya mencapai standar sertifikasi manufaktur utama.

Dan terakhir sertifikasi pada tingkat produk. Terdapat sertifikasi yang melihat atribut tertentu, seperti apakah suatu produk dapat terurai secara hayati, atau bebas dari bahan kimia berbahaya. Untuk APR, produk dihasilkan sejauh ini telah dianugerahi Standar 100 oleh OEKO-TEX, yang menegaskan bahwa viscose produksi APR bebas dari zat berbahaya dan aman jika bersentuhan dengan bayi dan anak kecil.

Dengan mempertimbangkan aspek-aspek tersebut, industri fesyen diharapkan mampu lebih berkontribusi bagi terwujudnya kehidupan yang berkelanjutan sehingga tercipta lingkungan yang lebih sehat, peningkatan keanekaragaman hayati, penghematan sumber daya, peningkatan perekonomian lokal, penguatan kohesi komunitas serta keadilan sosial yang semakin meluas.***

Referensi:

[1] APR. 2019. What is Sustainable Fashion?

[2] Christine Ro. 2020. Can Fashion Ever Be Sustainable? 

[3] Nick Webster. 2023. Global Boiling: What Is It Should We Be Worried?

[4] UN News. 2023. Hottest July Ever Signals ‘Era of Global Boiling Has Arrived’ Says UN Chief.

[5] Valerie Forgeard. 2023. Why it Matters: The Significant Impact of Sustainable Living

.

Share