Negara-negara di seluruh Asia mencari cara yang lebih murah untuk meningkatkan militer mereka. Demikian dikatakan salah satu perusahaan pertahanan yang hadir di Singapore Airshow, baru-baru ini. Singapore Airshow hadir untuk menyatukan kalangan pemerintah, militer dan pejabat bisnis tingkat tinggi.
Menjelang dihelatnya Singapore Airshow, beberapa waktu lalu, Indonesia mengatakan akan memesan 42 jet tempur Prancis dalam kesepakatan senilai $8,1 miliar. Itu menjadikan negara kepulauan ini pengguna senjata Prancis terbesar di kawasan.
Menurut Collin Koh, peneliti di Institut Studi Pertahanan dan Strategis Singapura, sejumlah besar negara di kawasan menghadapi peningkatan utang. Itu berarti pengeluaran kemungkinan besar akan sangat konservatif. Koh menambahkan bahwa banyak negara akan membeli helikopter yang lebih baik.
Filipina mengumumkan pada bulan Januari lalu bahwa pihaknya membeli 32 helikopter S-70i Blackhawk dari sebuah perusahaan yang dimiliki oleh Sikorsky Aircraft. Sikorsky dimiliki oleh Lockheed Martin Corporation.
Tim Cahill, wakil presiden senior Lockheed Martin untuk bisnis global, mengatakan ada kebutuhan yang meningkat akan helikopter di daerah itu.
“Pesanan dari Filipina sangat bagus bagi kami; kemitraan dengan angkatan bersenjata sangat positif bagi kami, dan sebenarnya mereka memesan lebih banyak,” katanya.
Dalam pandangan Boaz Levy, kepala eksekutif Israel Aerospace Industries, pesawat patroli maritim, atau MPA, tetap menjadi kebutuhan utama untuk menjaga perairan antara beberapa negara Asia.
“Ada banyak pelanggan yang tertarik — saya tidak bisa mengatakan tahap apa atau negara mana,” kata Levy. “Kami memiliki banyak kegiatan, terutama dengan radar udara. Ada permintaan besar untuk pesawat dan kemampuan seperti itu, sambungnya.”
Pesawat tak berawak, atau drone, menawarkan cara yang lebih murah untuk berpatroli di laut untuk kemungkinan berbagai ancaman. Australia bekerja sama dengan Boeing untuk memproduksi apa yang disebut drone “loyal wingman”. Drone ini akan terbang bersama pesawat tempur yang dikemudikan. Begitu dikatakan seorang perwakilan dari Australia yang hadir di Singapore Airshow.
Pesawat terbang tanpa awak juga sedang dipertimbangkan untuk dilibatkan dalam patroli bersama kapal laut. Lockheed Martin baru-baru ini menguji helikopter UH-60 Blackhawk yang beroperasi tanpa awak. Namun, menurut Tim Cahill, menjual sistem seperti itu memiliki kesulitannya sendiri.
“Mengirimkan pesawat tak berawak untuk melakukan patroli, semua orang setuju dengan itu. Kemudian Anda mengatakan itu akan membawa pasukan. Maka, ada tingkat kenyamanan yang harus Anda capai,” tambahnya.
Baik Cahill dan Koh mengatakan peningkatan produksi rudal balistik dan roket jarak jauh di kawasan Asia telah meningkatkan minat pada sistem pertahanan udara yang lebih baik.
Tetapi, Koh memperingatkan bahwa peningkatan seperti itu mahal dan tidak selalu dianggap mendesak.
“Akan ada minat dalam jangka panjang (pertahanan udara) ke depan dalam hal peningkatan,” katanya. “Tetapi, mengingat lingkungan pendanaan, pemerintah di kawasan tampaknya akan puas dengan sistem pertahanan udara jarak pendek dan menengah mereka,” sambungnya.(RTR/LIG)

Hobi menyusun kata dan susur gua