Para peneliti menggunakan drone bawah air untuk mengukur kadar karbon dioksida (CO2) di laut. Diyakini ini adalah pertama kalinya perangkat semacam itu digunakan secara khusus untuk menguji kadar CO2.
Drone, yang juga disebut oleh tim peneliti sebagai glider, dirancang untuk menyelam hingga 1.000 meter di area laut dalam dan dapat beroperasi selama berminggu-minggu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan para ilmuwan data tentang bagaimana perubahan iklim mempengaruhi kimia laut. Drone tersebut di Teluk Alaska musim semi ini.
Tim peneliti mengatakan proyek tersebut bisa menjadi langkah maju dalam mengukur kesehatan lingkungan lautan. Para ilmuwan sngat tertarik pada tingkat pengasaman laut. Ini terjadi ketika emisi CO2 di atmosfer masuk ke laut. Pengasaman laut dapat membahayakan atau membunuh beberapa jenis kehidupan laut.
Para ilmuwan telah menghubungkan emisi CO2 dengan pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
Di satu sisi, lautan telah memberikan banyak manfaat bagi manusia dengan mengambil sebagian CO2. Jika ini tidak terjadi, akan ada lebih banyak CO2 di atmosfer. Ini akan menjebak lebih banyak panas matahari dan membuat Bumi semakin panas.
“Tapi, masalahnya sekarang lautan mengubah struktur kimianya karena penyerapan karbon ini,” kata anggota tim peneliti, Claudine Hauri, ahli kelautan pada Pusat Penelitian Arktik Internasional di University of Alaska Fairbanks.
Salah satu cara terbaik untuk mengukur pengasaman laut adalah dengan mengumpulkan pengukuran CO2. Sampai saat ini, pengumpulan tersebut banyak dilakukan dari kapal atau dengan alat apung di permukaan laut atau peralatan di dasar laut.
Hauri bekerja dengan peneliti lain, Andrew McDonnell, dalam proyek penelitian ini. Dia adalah seorang ahli kelautan pada Sekolah Tinggi Perikanan dan Ilmu Kelautan di universitas yang sama.
Keduanya bekerja sama dalam beberapa bulan terakhir dengan insinyur dari Siprus Subsea Consulting and Services, yang menyediakan perangkat drone. Sebuah perusahaan Jerman, 4H-Jena, memasok sensor CO2. Tim berulang kali membawa drone semakin jauh ke Teluk Resurrection.
Para peneliti mengatakan sensor drone itu seperti laboratorium yang sangat kecil. Ia memeriksa data CO2 dan menyimpannya di dalam sistem yang dikontrol temperatur.
Richard Feely, seorang ilmuwan di Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA), yang ditempatkan di Laboratorium Lingkungan Laut Pasifik di Seattle, Washington, mengatakan tujuan dari proyek ini adalah untuk membuat pengukuran yang dikumpulkan oleh drone seakurat yang dilakukan dari kapal.
Para peneliti di Kanada juga telah menguji alat pengukur CO2 yang lebih kecil yang dipasang pada drone. Tapi, sensor itu belum memenuhi target efektif untuk pengamatan pengasaman laut.
McDonnell mengatakan tujuannya adalah untuk suatu hari memiliki sejumlah besar robot glider yang beroperasi di lautan di seluruh dunia. Upaya semacam itu akan menjadi penting dalam membantu para ilmuwan “memahami lebih banyak tentang apa yang terjadi di lautan daripada yang kita ketahui sebelumnya,” katanya.(VOA/JOK)

Hobi menyusun kata dan susur gua