Pancaran kegembiraan terlihat dari raut wajah Sumartono (42) pemudik asal Bekasi yang akan menuju Kampung Halamannya di Sragen, Jawa Tengah. Ditemui Tepas.id di Rest Area 166 Tol Cipali Kamis pagi (28/04), pria yang akrab disapa mas Ton ini, mengatakan ia dan keluarga sangat antusias pada mudik kali ini, setelah dua tahun tertahan imbas masih tingginya angka kasus Covid-19 di Pulau Jawa saat itu.
“Alhamdulillah mas, bisa mudik. 2 tahun terakhir hanya bisa VC aja sama bapak ibu. Beliau juga sudah kangen sama dua anak saya yang sudah beranjak remaja. Yaaa seneng banget pokoknya,” kata mas Ton didampingi istri dan dua putra putrinya.
Mas Ton juga mengatakan, ia yakin perjalanan dengan pribadi akan berjalan nyaman, setelah membaca dan melihat tayangan di sejumlah media soal infrastruktur lal lintas dan jalan yang sudah semakin baik. Oleh karenanya ia mudik menggunakan kendaraan pribadinya.
“Berani nyetir sendiri karena lihat berita kayaknya infrastruktur lalin dan jalan sudah lumayan lebih baik mas. Lagian saya tipe driver santai yang menikmati perjalanan. Enjoy aja mudiknya,” kata mas Ton sambil bersiap melanjutkan perjalanan mudik via Tol Trans Jawa.
Sementara itu Pitoyo (34) pemudik dengan R2 yang berangkat bersama rekan-rekannya sesama buruh di Purwakarta dengan tujuan Majenang, mengaku setahun lalu nyaris nekat mudik setelah melihat medsos soal ramainya R2 yang memaksa melanjutkan perjalanan mudik setelah sempat dihadang petugas di Karawang. Namun pria yang akrab disapa Yoyok ini mengurungkan niatnya setelah diberi imbauan bapak kosnya soal resiko penularan Covid-19.
“waktu itu dipikir-pikir bener juga sih kang, kalau terus mudik masalah kena Covid-19 kan berabe ya. Makanya gak ikut-ikut ngotot waktu itu. Bapak kos saya baik-baik ngasih taunya. Jadi saya sama rombongan temen Lebaran di Purwakarta waktu itu.”
Saat ditemui Tepas.id di sebuah minimart di Kawasan Cinunuk Kab.Bandung, Rabu malam (27/04), Yoyok mengaku selama dua tahun terakhir bahkan ia melarang istri dan anaknya yang tinggal di kampung untuk memaksa bertemu di Purwakarta. Pandemi yang belum reda jadi alasannya.
“Ya takut lah kang, di lingkungan kos saya, terus di tempat kerja kan pernah ada yang kena Covid. Jadi saya yakin, Covid itu ada, makanya saya rewel terus istri di kampung untuk sabar. Makanya sekarang pas sudah boleh mudik ya seneng banget. Kangennya sama anak istri udah seribu persen kang,” kata Yoyok terkekeh.
Yoyok dan 4 rekannya, sama-sama meninggalkan keluarga di kampung halamannya. Mereka sudah 4 tahun bekerja di Purwakarta. Setidaknya dua tahun awal kerja, setiap 4 bulan sekali pulang kampung menengok anak istri. Namun dua tahun terakhir memaksa mereka bertahan tidak pulang karena kekhawatiran terpapar Covid-19 melihat angka kasus yang belum mereda saat itu. (MIM/YSC/HDR)

Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.