data macau toto macau
slot mania
https://mpo-slot.pa-ruteng.go.id/
https://anti-rungkad.pa-ruteng.go.id/
rtp slot
slot88
slot ovo
slot zeus
togel kamboja
slot jepang
slot gopay
slot bonus
dewa slot
akun pro thailand
akun pro kamboja/
mpo slot
Peneliti: Bersepeda di Daerah Tinggi Polusi Berpotensi Kanker dan Stroke

Peneliti: Bersepeda di Daerah Tinggi Polusi Berpotensi Kanker dan Stroke

Share

Seiring dengan menurunnya kasus Covid 19 di Indonesia dan dibukanya relaksasi ekonomi, baik perniagaan maupun aktifitas kantor dan wisata, aktfitas di ruang publik pun banyak dilakukan kembali.

Para penggemar sepeda, tentu menyambut antusias pembukaan ruang public tersebut. Tidak heran setiap akhir pekan para pesepeda mulai terlihat kembali ke jalan. Selain aktifitas di dalam dan pinggir kota, aktifitas touring dengan sepeda, juga sudah mulai tampak.

Tidak hanya itu, para pekerja yang menggunakan sepeda ke kantor, jumlahnya saat ini pun kian meningkat. Bersepeda memang sehat. Selain menjaga kebugaran tubuh, geraknya hampir seluruh anggota tubuh akan memperlancar peredaran darah, sehingga baik untuk kesehatan jantung.

Jangan terlarut dalam euforia dulu. Peneliti justru memberi peringatan kesehatan bagi mereka yang rutin bersepeda di wilayah yang tingkat polusinya tinggi.  Studi tahun 2016 yang dilakukan peneliti di Universitas British Columbia,  Canada menunjukkan bahwa menghirup polusi udara selama olahraga bersepeda atau joging dapat meningkatkan resiko kanker paru-paru, asma dan stroke.

Riset UBC mengungkapkan bahwa saat joging, hiking atau brsepeda, orang yang melakukannya akan menghirup udara lebih dalam ketimbang saat aktifitas biasa. Dengan pola pernapasan yang berbeda itu, maka racun pada udara yang terkena polusi akan cepat terhirup.

Dari racun yang terhirup tersebut, paru-paru dan jantung paling rentan terkena ‘serangan’ toksik, sementara racun polusi udara juga bisa berefek pada tekanan darah yang memungkinkan terjadinya hipertensi hingga stroke.

Dalam studi itu disebutkan, saat bersepeda, kecepatan berkisar antara 7,5 sampai 12 mph, sementara jalan kaki biasa hanya 1,2 sampai 3,7 mph. Dengan perbandingan tersbut jelas terlihat bagaimana kemungkinan racun akan cepat terhisap.

“Lebih cepat seseorang bergerak, maka lebih keras pula kerja sistem pernapasan, dengan demikian lebih cepat pula racun terhirup,” kata Alex Bigazzi salah satu periset yang terlibat dalam penelitian tersebut.

Untuk mendukung penelitian tersebut, Bigazzi telah meneliti sejumlah 10.000 responden. Dari peneilitian terhadap pesepeda dan penggemar joging tersebut, ia membuat apa yang disebutnya minimum-dose speed (MDS).  Artinya seseorang perlu berkendara dengan kecepatan yang disarankan MDS, di mana berkedara aman yaitu di kisiran 3,7 mph seperti saat orang berjalan.

“Jika Anda bergerak lebih cepat dari MDS, maka penyerapan polusi lewat pernapasan akan lebih tinggi,” papar Bigazzi.

Penelitian tersebut kemudian ia rilis pada jurnal transportasi setempat untuk memberi penyadaran betapa bersepeda yang tidak tepat, bisa pula menimbulkan masalah di kemudian hari. (MIM)

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *