Agar sebuah planet dapat dihuni, ia harus mampu menampung sejumlah besar air cair.
Ketika mempertimbangkan potensi kelayakhunian planet, para ilmuwan kebanyakan melihat atmosfer planet dan jaraknya dari bintang induknya. Tetapi penelitian baru dari Universitas Washington di St. Louis menunjukkan bahwa ukuran juga penting.
Menurut studi terbaru, yang diterbitkan Senin di jurnal PNAS, Mars terlalu kecil untuk menampung cadangan air secara signifikan.
Gambar satelit dan upaya pemodelan ekstensif selama ini menunjukkan Mars pernah menampung sejumlah besar air di permukaannya, termasuk danau, lautan, dan sungai.
Saat ini, permukaan Mars cukup kering. Air yang tersisa sebagian besar beku, terkunci di lapisan es kutub atau tersembunyi di bayang-bayang kawah.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan planet telah menawarkan berbagai penjelasan mengapa Mars kehilangan atmosfer dan kemampuannya untuk menahan air. Beberapa berpendapat melemahnya medan magnet Mars memungkinkan atmosfer Planet Merah dengan mudah dilucuti oleh angin matahari.
Analisis terbaru, bagaimanapun, menunjukkan itu bukan sesuatu yang terjadi di Mars. Planet Merah ditakdirkan untuk kehilangan airnya — sejak ia berhenti tumbuh.
“Kemungkinan ada ambang batas pada persyaratan ukuran planet-planet berbatu untuk menahan air yang cukup untuk memungkinkan kelayakhunian dan lempeng tektonik, dengan massa melebihi Mars,” kata peneliti senior, Kun Wang, yang menjabat sebagai asisten profesor ilmu bumi dan planet di Universitas Washington, seperti dikutip kantor berita UPI.
Untuk keperluan analisis, para peneliti menggunakan isotop stabil dari elemen kalium sebagai barometer untuk memperkirakan kelimpahan dan distribusi elemen-elemen yang bersifat volatil dari berbagai benda planet.
“Meteorit Mars adalah satu-satunya sampel yang tersedia bagi kami untuk mempelajari susunan kimiawi Mars,” jelas Wang.
“Meteorit Mars itu memiliki usia yang bervariasi dari beberapa ratus juta hingga 4 miliar tahun dan mencatat sejarah evolusi volatilitas Mars. Melalui pengukuran isotop elemen volatil sedang, seperti kalium, kami dapat menyimpulkan tingkat penipisan volatil planet massal dan membuat perbandingan antara badan tata surya yang berbeda,” kata Wang.
Analisis menegaskan bahwa selama pembentukannya, Mars kehilangan lebih banyak potasium dan volatil lainnya daripada Bumi.
Ketika para ilmuwan membandingkan temuan mereka dengan hasil survei batuan bulan yang dilakukan sebelumnya, mereka menentukan bulan kehilangan lebih banyak potasium dan elemen-elemen volatil daripada Mars. Terlebih lagi, analisis isotop menunjukkan asteroid 4-Vesta kehilangan lebih banyak volatilitas daripada bulan.
“Tidak dapat disangkal bahwa dulu ada air cair di permukaan Mars, tetapi berapa banyak air yang pernah dimiliki Mars secara keseluruhan sulit diukur melalui penginderaan jauh dan studi penjelajahan saja,” urai Wang.
“Ada banyak model di luar sana untuk memastika kandungan air di sebagian besar Mars. Mars dulunya bahkan lebih basah daripada Bumi. Kami tidak percaya bahwa itu masalahnya,” kata Wang.
Wang dan rekan-rekannya berpendapat bahwa pekerjaan mereka harus menginformasikan pencarian yang sedang berlangsung untuk planet ekstrasurya yang layak huni. Ilmuwan planet mungkin dapat membatasi pencarian mereka untuk jagad yang layak huni dengan membatasi kisaran ukuran planet yang mereka survei.
“Studi ini menekankan bahwa ada kisaran ukuran yang sangat terbatas bagi planet untuk memiliki cukup air tetapi tidak terlalu banyak untuk mengembangkan lingkungan permukaan yang layak huni,” kata peneliti lainnya, Klaus Mezger.
“Hasil ini akan memandu para astronom dalam pencarian mereka untuk planet ekstrasurya yang layak huni di tata surya lain,” kata Mezger, yang berasal dari Pusat Antariksa dan Habitabilitas di Universitas Bern.
Sementara para ilmuwan sekarang telah cukup mumpuni dalam menghitung orbit planet ekstrasurya yang jaraknya jauh, mengkarakterisasi atmosfer dunia yang jauh masih tetap sulit karena, kata mereka, menghitung ukuran planet jauh lebih mudah.
“Ukuran sebuah planet ekstrasurya adalah salah satu parameter yang paling mudah ditentukan. Berdasarkan ukuran dan massa, kita sekarang tahu apakah sebuah planet ekstrasurya adalah kandidat untuk kehidupan, karena faktor penentu tingkat pertama untuk retensi volatil adalah ukuran,” papar Wang. (UPI/WAK)

Hobi menyusun kata dan susur gua