Penguatan Aspek Budaya dalam Mengembangkan BuruanSAE di Kota Bandung

Penguatan Aspek Budaya dalam Mengembangkan BuruanSAE di Kota Bandung

Share

BuruanSAE adalah nama program dalam lingkup urban farming yang hingga kini dimarakkan  oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung. Buruan SAE merupakan rangkaian kata Buruan yang dalam bahasa Sunda berarti halaman (pekarangan) dan SAE adalah akronim dari Sehat, Alami dan  Ekonomis. Sedangkan pelisanan akronim tersebut dalam bahasa Sunda bermakna bagus (saé).Program ini bertujuan menanggulangi permasalahan ketimpangan pangan melalui rekayasa lahan di perkotaan. Pekarangan atau lahan perkotaan mulai dari perumahan warga yang bisa dimanfaatkan untuk berkebun dan dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga sendiri.

Menurut Kepala Dinas DKPP Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar, program BuruanSAE merupakan konsep yang dicetuskan Wali Kota Bandung Oded M. Danial (almarhum). “Program ini  merupakan pengembangan urban farming yang kini telah dilirik banyak pihak di tingkat nasional maupun internasional,” tuturnya. Gin Gin pernah  memaparkan BuruanSAE ini kepada jaringan kota-kota Uni Eropa dan kota-kota lain di Indonesia melalui Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI).

Sebagai upaya penguatan ekonomi keluarga, BuruanSAE  bisa juga menjadi bagian dari percepatan pemulihan ekonomi. “Di masa pandemi Covid 19 BuruanSAE justru menjadi tren masyarakat kota yang mampu meningkatkan imunitas dan kebahagiaan bagi para pelakunya,” ungkap Gin Gin.

Gin Gin pun berharap pihak akademisi dapat mengembangkan program tersebut dengan inovasi teknik penanaman berbasis ilmiah, sehingga warga bisa memanfaatkan lahannya dengan menanam sayuran, buah-buahan, memelihara ikan dan ternak. “Selain itu, dengan inovasi ini warga juga bisa mengelola limbahnya untuk dijadikan kompos atau pakan ternak,” lanjut Gin Gin.

Kolaborasi pun terus diupayakan dengan berbagai komunitas, perguruan tinggi, media massa dan institusi bisnis. Penguatan implementasinya diperluas dengan melibatkan unsur TNI dan Polri.  “Kini manfaatnya mulai dirasakan warga Kota Bandung, halaman jadi indah dan bisa panen berbagai sayuran,” ungkap Gin Gin.

Upaya kolaborasi BuruanSAE dengan akademisi rupanya bersambut dengan hadirnya Dr. Riadi Darwis, seorang pengajar di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) NHI Bandung yang berganti nama menjadi Politeknik Pariwisata (Poltekpar) NHI Bandung. Riadi Darwis dikenal juga sebagai peneliti yang telah dan tengah mengembangkan gastronomi kabuyutan.

Pada kunjungannya ke kantor DKPP Kota Bandung di Jalan Arjuna akhir Maret lalu, Riadi Darwis menyampaikan apresiasinya tentang BuruanSAE yang tengah dikembangkan dengan penguatan aspek budaya. Setelah berkeliling komplek perkantoran yang juga menyatu dengan lahan kebun percontohan dan Rumah Pemotongan Hewan, penulis buku Gastronomi Tradisional Sunda, Khazanah Kuliner Kabuyutan Galuh Klasik itu mengatakan, apa yang dikembangkan oleh DKPP Kota Bandung ini sudah semestinya menjadi laboratorium bagi para mahasiswa Program Studi Seni Kuliner, Jurusan Perhotelan, Politeknik Pariwisata NHI Bandung.

“Selain itu juga, apa yang diaplikasikan Buruan SAE dalam urban farming mengingatkan kita yang memiliki kearifan tradisi tatanén, di antaranya mengenal etika penataan lahan,  tata wayah dan  tata wilayah   dalam bercocok tanam serta menjaga lingkungan,”  lanjut pria yang akrab disapa Kang Darwis ini. Dia pun tak enggan untuk berkolaborasi dalam mendukung dan mengembangkan BuruanSAE baik secara personal maupun kelembagaan tempat dia bekerja, Politeknik Pariwisata NHI Bandung. Dalam kesempatan kunjungan tersebut Riadi Darwis juga berkenan ikut memanen sayuran di kebun percontohan DKPP Kota Bandung berupa bayam dan pagoda yang ditanam secara hidroponik. Menurutnya, “Dengan penguatan aspek budaya (Sunda) dalam BuruanSAE bukan tidak mungkin program unggulan Kota Bandung ini akan lebih banyak mendapat apresiasi di dunia,” pungkas Riadi Darwis. (AR/MIM)

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *