Peningkatan kualitas udara dapat menaikkan fungsi kognitif dan mengurangi risiko demensia. Demikian menurut serangkaian penelitian yang dipresentasikan pekan ini di Konferensi Internasional Asosiasi Alzheimer (AAIC).
Para peneliti mengatakan penelitian terbaru mereka adalah yang pertama yang membuktikan hubungan tersebut.
Dalam siaran pers pada hari Senin (26/7/2021), AAIC menyebut peningkatan polusi udara dan kasus demensia sebagai krisis kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
“Kami telah mengetahui selama beberapa waktu bahwa polusi udara berdampak buruk bagi otak dan kesehatan kita secara keseluruhan. Tetapi, yang menarik adalah kita sekarang melihat data yang menunjukkan bahwa peningkatan kualitas udara sebenarnya dapat mengurangi risiko demensia,” kata Claire Sexton, Direktur Program Ilmiah dan Penjangkauan Asosiasi Alzhiemer, dalam siaran persnya.
Temuan utama dalam penelitian baru-baru ini menemukan bahwa pengurangan partikel halus dan polutan terkait lalu lintas selama 10 tahun dikaitkan dengan 14% dan 26% pengurangan risiko demensia pada wanita Amerika Serikat yang lebih tua, dan pengurangan risiko demensia pada orang Prancis sebesar 15%.
Dr Xinhui Wang, asisten profesor penelitian neurologi di University of Southern California, meneliti apakah pengurangan polusi udara mungkin memiliki kontribusi bagi penurunan yang lebih lambat dalam fungsi kognitif sehingga lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan demensia.
Wang mempelajari wanita usia 79-92 tahun di Amerika Serikat yang tidak memiliki demensia pada awal penelitian.
Para partisipan penelitian dipantau mulai dari tahun 2008 hingga 2018 dan tes dilakukan setiap tahun untuk menentukan apakah mereka mengembangkan demensia. Polusi udara di sekitar rumah mereka juga diteliti.
Mereka menemukan bahwa kualitas udara meningkat pesat selama 10 tahun dan bahwa risiko demensia menurun hingga 26%.
“Temuan kami penting karena memperkuat bukti bahwa tingkat polusi udara luar ruangan yang tinggi di kemudian hari membahayakan otak kita,” kata Wang.
Penelitian lain, yang dilakukan oleh Noemie Letellier, seorang sarjana posdoktoral di University of California, yang mengamati data pada lebih dari 7.000 orang, menemukan bahwa pengurangan partikel halus dikaitkan dengan penurunan risiko demensia pada orang dewasa Prancis.
Para peneliti mengamati pengurangan konsentrasi PM2.5 antara tahun 1990 dan 2000, menghubungkannya dengan penurunan 15% risiko demensia.
Selain itu, sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 3.000 orang tanpa demensia melihat hubungan antara polusi udara jangka panjang dan peningkatan plak beta-amiloid. Penelitian ini dilakukan oleh Christina Park, seorang mahasiswa doktoral di University of Washington.
Para peneliti menganalisis polusi udara di dekat rumah partisipan penelitian sebagai bagian dari Studi Memori Evaluasi Gingko. Para peneliti mengikuti mereka selama periode 20 tahun, dan mengukur beta-amiloid dalam darah mereka.
Menurut para peneliti, penelitian ini adalah yang pertama menunjukkan paparan jangka panjang terhadap polutan udara dikaitkan dengan kadar beta-amiloid yang lebih tinggi dalam darah.
“Temuan kami menunjukkan bahwa polusi udara mungkin menjadi faktor penting dalam perkembangan demensia,” kata Park.
“Banyak faktor lain yang memengaruhi demensia tidak dapat diubah, tetapi pengurangan paparan polusi udara dapat dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih rendah. Meski demikian, diperlukan lebih banyak penelitian lagi terkait hal ini,” papar Park.(UPI/RAH)

Hobi menyusun kata dan susur gua