Ratusan penggiat olahraga layang-layang seluruh Kabupaten Bandung Barat mendatangi lapangan yang berada di Bukit Mandalawangi Desa Tagog Apu Kecamatan Padalarang, Minggu (27/08).
Para penggiat olahraga layang-layang ini hadir pada Festival Layangan Mandalawangi 2023 Palawangan, yang memperlombakan layang-layang besar dengan ukuran tinggi 1, 2 meter, yang diselenggarakan oleh Inorga Pelangi KBB bekerjasama dengan Komite Olahraga Masyarakat Indonesia KBB (KORMI).
Ketua KORMI Bandung Barat Sonya Fatmala mengapresiasi Festival Layangan Palawangan yang diperlombakan pada tanggal 26 s/d. 27 Agustus 2023 di Bukit Mandalawangi Desa Tagog Apu Kecamatan Padalarang
“Hari ini terbukti, perlombaan layang-layang bukan hanya sekedar hobi bagi kaum adam, ternyata banyak juga emak-emak dan kaum milenial menikmati tontonan perlombaan layangan,” kata Sonya Fatmala ditemui di sela-sela festival layangan tersebut.
Sementara itu Ketua Inorga Pelangi KBB, Wawan Darmawan mengatakan, dipilihnya Mandalawangi menjadi venue festival layangan tersebut karena di lokasi itu banyak para pemain klasik, yang bermain layang-layang. Terlebih, para pemain tersebut banyak masih belum bergabung dalam Inorga Pelangi, sehingga dengan adanya event tersebut, diharapkan mereka tertarik untuk bergabung dengan Inorga Pelangi.
“Setiap Minggu kita dapat kabar banyak pemain-penain yang bahkan dari jauh juga ke sini,” ungkap Wawan.
Wawan juga mengungkapkan bahwa Madalawangi sangat pas menjadi venue festival layangan karena tempatnya yang luas dan tidak ada gangguan. Ia menjelaskan SUTET (Saluran Listrik Udara Tegangan Tinggi) pun tidak ada, sehingga terbebas dari kendala yang membahayakan peserta dan merugikan PLN karena tersangkut jaringan listrik.
Selama dua hari festival digelar, kategori yang dilombakan adalah Clubbing atau disebut dengan Kategori Klasik. “Di pertandingan dua hari ini, Klasik pak, Clubbing. Clubbing ini di kategori semester sepuluh sampai semester dua lima, aturannya ya diulur aja sih pak. Itu aturan dari kita,” papar Wawan pada Tepas.id.
Ia juga menjelaskan bahwa alat-alat yang dipakai pun hanya alat golong kenur, kenur yang gunakan kenur biasa, bukan kenur senar mati, kemudian gelasan dan kincir. “Dari kenur ke gelasan juga harus tersambung langsung, tidak boleh ada alat bantu,” tegas Wawan.
Sementara itu peserta yang ikut dalam festival adalah anggota Inorga Pelangi dan juga Masyarakat biasa. Ia mengatakan festival ini diselenggarakan untuk memeriahkan HUT RI ke 78 dan kategori yang dipertandingkan ini tidak termasuk yang dilombakan pada Fornas yang diselenggarakan beberapa waktu lalu.
“Kebetulan cabang ini tidak masuk di Fornas. Kalau masuk di Fornas itu kategori 53 58 sama Giblur, semester sepuluh. Aturannya Giblur bukan klasik,” jelas Wawan.
Festival yang mendapat sambutan pecinta layangan ini, diharapkan Wawan bisa merangkul para peserta untuk bergabung dengan Inorga Pelangi agar kedepannya bisa mengikuti aturan-aturan pada perlombaan yang yang diselenggarakan oleh Inorga Pelangi. (ASH/MIM)

Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.