Perubahan iklim global dapat mempersulit para ilmuwan dan perusahaan untuk mengembangkan teknologi biomassa yang penting untuk menciptakan bahan bakar alternatif dan lebih ramah lingkungan di masa depan. Demikian kesimpulan sebuah penelitian terbaru.
Hasil penelitian yang diterbitkan jurnal Nature, baru-baru ini, menyatakan bahwa kenaikan suhu berisiko mengurangi peluang untuk memaksimalkan penggunaan biomassa — yang merupakan bahan nabati, seperti kayu dan limbah, yang dapat dikembangkan menjadi bahan bakar.
Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti di Universitas York dan Fudan di Tiongkok dan mencatat bahwa pengaruh perubahan iklim terhadap hasil panen dapat mengurangi kapasitas untuk bioenergi skala besar, serta mengancam ketahanan pangan.
Para ilmuwan memeriksa data global tentang hasil panen dan dampak kenaikan suhu rata-rata untuk menghasilkan penelitian ini.
Biomassa dengan penangkapan dan penyimpanan karbon, atau BECCS, adalah strategi pengurangan karbon di mana biomassa diubah menjadi panas atau listrik dan emisi karbonnya ditangkap dan disimpan dalam formasi geologis atau item lainnya. Para ilmuwan menganggap BECCS sebagai bagian penting dari strategi global untuk mengurangi emisi karbon dan mencapai target iklim utama.
Penelitian terbaru menyatakan bahwa pemanasan global dapat meningkat antara 1,7 dan 3,7 derajat Celcius pada tahun 2200 jika BECCS ditunda hanya 20 tahun. Hasilnya adalah kerawanan pangan global dan kebutuhan untuk memenuhi target yang lebih sulit lagi.(UPI/WAK)

Hobi menyusun kata dan susur gua