Dalam sebuah sesi kelas motivasi, motivator Agung Fatwa, teman inspiratif saya mengatakan, bahwa di era milenial alias jaman kekinian, masyarakat pada umumnya jarang mengucapkan terima kasih dan maaf. Padahal maaf dan terima kasih adalah satu gerbang positif yang bisa menumbuhkan komunikasi yang baik di institusi atau lembaga apapun.
Dalam definisi saya kata maaf adalah termasuk bagaimana menyampaikan pembenahan pada orang lain dengan cara yg tidak menyudutkan dan tidak merendahkan. Jika diamati, komunikasi kita di tempat kerja masih jauh dari harapan.
Masih sering dalam rapat evaluasi, pimpinan menyebut, “kamu salah!,” “Kamu ngawur.” Hal semacam ini seharusnya sudah ditinggalkan. Budaya kita kita adalah budaya timur yang senantiasa mengedepankan tutur kata yang halus. Sudah saatnya pola pola demikian diubah. Dikembalikan lagi pada budaya luhur kita.
Dalam dunia kerja, ungkapan yang terlalu ‘jujur’ dalam mengoreksi orang lain justru bukan membuat orang itu menjadi lebih baik. Kebanyakan, malah mematikan motivasi berkreasi, membunuh semangat kerja dan membuat situasi menjadi lebih tidak nyaman.
Tak jarang, banyak perusahaan yang ‘jalan di tempat,’ terjadi bukan karena karyawannya tidak kreatif, tapi banyak pimpinan peeusahaan yang tidak mengerti psikologi komunikasi, yang bisa memacu karyawan untuk berbuat lebih baik. Salah satunya adalah hilangnya budaya maaf dan terima kasih tadi.
Hal lain adalah soal pujian. Sering saya dengar orang ‘hebat’ dalam banyak institusi mengatakan bahwa pujian akan ‘membunuh’ kreatifitas dan kemajuan warga institusi itu.
Kembali ke soal psikologi komunikasi, hal tersebut justru salah besar. Apresiasi, dengan memberikan pujian justru menjadi stimulus untuk kemajuan kerja. Perusahaan atau institusi harus paham soal ini.
Pujian adalah komunikasi positif yang membangun emosi baik untuk peningkatan kinerja. Sesalah apapun seorang pekerja dengan sedikit pujian, maka ia akan termotifasi menjadi lebih baik. Apalagi mereka yang sudah memiliki track record baik.
Bisa kan Anda bilang, “Kerja kalian sebenarnya bisa lebih baik, kalau effort kalian ditambah dengan bla bla bla,” ketimbang Anda bilang “kerja apa ini?”
Berfikir positiflah bahwa orang-orang Anda punya kinerja yang baik. Performa yang muncul dengan kurang baik itu, bisa jadi muncul karena institusi Anda atau Anda sendiri yang kurang bisa memberi stimulus yang positif.
Era saat ini bukan lagi era dimana dalam kerja sebuah tim, komunikasinya adalah mencari kesalahan untuk diperbaiki, tapi era menumbuhkan semangat positif untuk tumbuh dan berkembang.
Kalimat seperti, “Kamu salah,” “Kamu gak bener,” “Kamu menyalahi prosedur,” apalagi setelah kalimat itu si salah (menurut Anda) harus mencari solusi sendiri, itu semua adalah kalimat ‘pembunuh’ karakter dan ‘penghambat’ kreatifitas.
Bila semua itu dibiarkan, maka matilah pula budaya komunikasi bangsa timur yang selama ini sudah baik. Pun, tentu kita malu, karena kita yang dikenal berbudaya baik dan pengetahuan dan aplikasi keberagamaan kita sudah baik, sedangkan agama dan budaya kita pun mengajarkan untuk berkomunikasi dengan baik, namun kita sama sekali tidak bisa mengamalkannya.
Malu lah kita bila keberbudayaan dan keberagamaan kita hanya menjadi kosmetik karena ‘bungkus’ yang melekat di tubuh kita, namun praktik kita masih rapuh dan masih senang berkomunikasi secara ‘barbar.’ (MIM)

Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.