data macau toto macau
slot mania
https://mpo-slot.pa-ruteng.go.id/
https://anti-rungkad.pa-ruteng.go.id/
rtp slot
slot88
slot ovo
slot zeus
togel kamboja
slot jepang
slot gopay
slot bonus
dewa slot
akun pro thailand
akun pro kamboja/
mpo slot
Radang Sinus Kemungkinan Dapat Ganggu Aktivitas Otak

Radang Sinus Kemungkinan Dapat Ganggu Aktivitas Otak

Share

Radang sinus (sinusitis) kemungkinan dapat memicu perubahan aktivitas otak. Demikian menurut sebuah penelitian terbaru, yang dipublikasikan secara daring (online) baru-baru ini di JAMA Otolaryngology-Head & Neck Surgery.

Sinusitis terjadi ketika jaringan sinus menjadi bengkak atau meradang karena infeksi atau mungkin reaksi alergi. Seiring waktu, jaringan yang meradang menebal.

“Sinusitis kronis sangat umum terjadi,” kata pemimpin penelitian Dr. Aria Jafari, yang menjabat sebagai asisten profesor di University of Washington Sinus & Skull Base Center, di Seattle, Amerika Serikat.

Jafari menyatakan, untuk penelitian ini, timnya berupaya memastikan apakah ada perubahan otak yang dapat menjelaskan ihwal apa sesungguhnya yang terjadi pada sejumlah pasien yang menderita sinusitis.

Tim peneliti melakukan pemindaian otak dan juga melakukan penilaian kesehatan mental terhadap lebih dari 1.200 orang dewasa, berusia 22 hingga 35 tahun, antara tahun 2019 dan 2020.

Para peneliti kemudian memusatkan perhatian pada 22 pasien dengan peradangan sinus sedang hingga berat dan 22 lainnya tanpa gangguan sinus.

Awalnya, tim tidak melihat perbedaan yang berarti menyangkut seberapa baik para pasien mengerjakan tes berpikir, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami sinusitis.

Namun, setelah dilakukan analisis lebih lanjut pemindaian otak dari sejumlah pasien yang mengidap sinusitis, mereka menemukan bahwa pusat fungsional utama otak mereka — jaringan frontoparietal — ternyata mengalami gangguan.

“Area otak ini penting untuk mengkoordinasikan aktivitas beberapa area otak dan menjaga keseimbangan di otak,” kata Jafari.

Dia mencatat bahwa area yang tampaknya terpengaruh oleh peradangan sinus sebagian besar tumpang tindih dengan area otak yang dipengaruhi oleh penyakit mental, seperti depresi dan skizofrenia.

“Keduanya secara mengejutkan umum terjadi pada pasien sinusitis,” jelasnya.

Jafari mengatakan bahwa temuan ini penting karena dapat memperluas cara pandang dokter terhadap sinusitis.

“Penegasan adanya dimensi disfungsi otak akibat sinusitis oleh dokter merupakan langkah pertama yang ampuh dalam mengobati seluruh penyakit, bukan hanya gejala klasiknya,” katanya.

“Di masa depan, terapi yang berfokus pada disfungsi otak dapat menjadi pilihan untuk membantu pasien sinusitis memulihkan kembali kesehatannya dan memaksimalkan kualitas hidup mereka,” tambah Jafari.

Namun, temuan ini masih awal dan belum menunjukkan hubungan sebab-akibat langsung.

Untuk saat ini, masih banyak pertanyaan yang tersisa. Misalnya, mungkinkah peradangan sinus benar-benar mempengaruhi pasien dalam mengidap penyakit mental? “Ini adalah topik yang kami harap bisa segera kami eksplorasi,” kata Jafari.

Sementara itu, Stanley Goldstein, Direktur Perawatan Alergi dan Asma di Long Island dan Island Medical Research di Rockville Center, New York, yang tidak terlibat dalam penelitian itu, mengatakan bahwa ia melihat banyak orang dengan sinusitis yang mengeluhkan apa yang mereka gambarkan sebagai sakit kepala, atau semacam tekanan di kepala.

“Saya tidak bisa berbicara dengan sudut pandang neurologis. Tapi, mungkin pasien sinusitis memang memiliki semacam kecenderungan terhadap adannya masalah gangguan otak. Mungkin terkait dengan peradangan lokal di otak,” katanya, seperti dikutip kantor berita United Press International, Kamis (22/4/2021) kemarin.(UPI/LIG)


Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *