Mereka yang hobi travelling beneran, mengaku sering kali kesulitan mencari referensi destinasi yang lengkap di media sosial Tiktok atau Instagram. Tidak hanya dua medsos tersebut, di Youtube pun tak jarang saat ini banyak video review tempat wisata berdurasi pendek yang hanya mengejar sisi estetika belaka
Sejatinya video review wisata tidak hanya memuat hal estetik saja, karena pecinta travelling tidak melulu hanya butuh keindahan tempat wisatanya saja. Informasi soal lokasi detil, lengkap dengan sarana transportasi yang bisa digunakan, di luar kendaraan sewa dan fasilitas penunjang lain seperti rekomendasi penginapan, lebih banyak dicari oleh para traveller.
Tidak lupa tentu rekomendasi tempat makan dan souvenir yang juga penting. Sehingga video menjadi sumber informasi yang lengkap dan menjadi referensi.
“Aku gak pernah liat video-video Tiktok dan Instagram. Lebih ke nyari tulisan di media online atau liat Youtube yang durasinya agak panjang. Kalau Tiktok sama Instagram kan hanya ngejar klik dengan editing yang ekstetik doang. Infonya kadang ga jelas malah,” kata Yadi, wisatawan asal Cirebon ditemui kontributor Tepas.id, Nandang, di Pantai Karang Tawulan, Tasikmalaya, Selasa (03/05).
Ia sendiri mengaku mengetahui soal pantai yang mirip tanah lot di Bali itu dari blog dan web yang khusus menulis soal wisata.
Dari amatan Tepas.id sendiri, apa yang disampaikan Yadi ada benarnya. Karena mengejar klik dan banyaknya follower, mereka yang membuat video destinasi wisata umumnya hanya mengejar sisi estetik di spot wisata yang dikunjungi dan informasi soal destinasi wisata itu kebanyakan tidak ditulis secara lengkap di caption.
Video semacam ini tentu tidak memiliki nilai informasi. Celakanya di beberapa daerah yang menggelar event duta wisata, konten-konten yang dibuat para dutanya pun tetep standar, masih mengejar sisi esktetik dan sangat tidak informatif. (MIM/NDS)

Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.