Rokok Elektrik Sama Bahayanya dengan Rokok Konvensional

Rokok Elektrik Sama Bahayanya dengan Rokok Konvensional

Share

Aerosol dari perangkat rokok elektrik (vaping) dapat berdampak pada pembuluh darah manusia,sama seperti asap dari rokok. Demikian menurut hasil penelitian yang dipaprkan pada Sesi Ilmiah Ilmu Kardiovaskular Dasar Asosiasi Jantung Amerika 2021.

Dalam percobaan yang melibatkan tikus, fungsi endotelium — lapisan sel yang membantu mengontrol pembekuan darah, tingkat tekanan darah dan fungsi kekebalan tubuh serta menjaga pembuluh darah tetap sehat — secara signifikan terganggu setelah terpapar aerosol rokok elektrik selama lima menit.

Selain itu, menurut para penelti, pembuluh darah tikus yang terpapar asap rokok dan aerosol vaping mengalami pelebaran sebesar 67%, yang bisa menjadi tanda stroke dan penyakit jantung.

“Ketika Anda menghirup suspensi partikel atau asap, apakah itu dari tembakau atau ganja, apakah itu asap atau aerosol, semuanya memiliki efek yang sama,” kata salah seorang penulis penelitian, Matthew L Springer dalam siaran persnya seperti dilaporkan kantor berita United Press International.

“Penelitian kami memperkuat temuan sebelumnya bahwa aktivitas vaping bukannya tanpa bahaya, dan ini menggarisbawahi pentingnya menasihati pasien tentang risiko vaping karena dapat mempengaruhi fungsi kardiovaskular,” tambah Springer, yang merupakan seorang profesor kedokteran di University of California-San Francisco. .

Menurut American Heart Association, rokok elektrik sering dipromosikan sebagai alternatif yang kurang berbahaya daripada rokok konvensional.

Rokok elektrik mengandung kartrid dengan cairan yang mengandung nikotin yang menghasilkan aerosol yang dihirup, sama seperti halnya merokok biasa.

Untuk penelitian ini, Springer dan rekan-rekannya menelaah dampak aerosol yang dihasilkan dari berbagai perangkat rokok elektrik pada fungsi endotelium dengan menggunakan proses yang dikenal sebagai pelebaran yang dimediasi aliran yang diukur dengan ultrasound pada arteri utama.

Para peneliti menyebut berkurangnya fungsi endotel biasanya mendahului penumpukan materi lemak pada arteri, suatu kondisi yang disebut aterosklerosis, dan seringkali merupakan prediktor stroke atau serangan jantung.

Mereka melakukan perbandingan head-to-head pada 11 kelompok tikus, dengan delapan tikus di setiap kelompok, dan memaparkan hewan-hewan tersebut pada sembilan produk rokok elektrik, serta kontrol rokok yang mudah terbakar dan udara bersih.

Tikus-tikus itu terpapar produk selama satu sesi yang terdiri dari 10 siklus inhalasi lima detik setiap 30 detik selama lima menit.

“Pendekatan yang kami gunakan untuk mempelajari fungsi vaskular pada tikus sangat mirip dengan apa yang terjadi pada manusia,” kata Springer.

“Jika ada asap atau aerosol yang dihirup tikus memiliki efek buruk ini, kemungkinan akan terjadi pada manusia juga,” sambungnya.(UPI/LIG)

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *