data macau toto macau
slot mania
https://mpo-slot.pa-ruteng.go.id/
https://anti-rungkad.pa-ruteng.go.id/
rtp slot
slot88
slot ovo
slot zeus
togel kamboja
slot jepang
slot gopay
slot bonus
dewa slot
akun pro thailand
akun pro kamboja/
mpo slot
Sepertiga Artikel tentang Kanker di Medsos Mengandung Informasi yang Salah

Sepertiga Artikel tentang Kanker di Medsos Mengandung Informasi yang Salah

Share

Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa sepertiga dari artikel paling populer di media sosial tentang pengobatan kanker mengandung informasi yang salah — dan sebagian besar bisa sangat berbahaya.

“Skenario kasus terburuk adalah ketika itu mengarah pada seseorang yang menolak perawatan kanker yang terbukti mendukung pengobatan yang belum terbukti efektif mengobati kanker,” kata penulis penelitian, Dr. Skyler Johnson, seperti dilaporkan kantor berita United Press International.

Beberapa informasi yang salah itu, misalnya: “Kemoterapi tidak efektif untuk pengobatan kanker,” atau “ganja menyembuhkan kanker paru-paru,” atau “kanker prostat dapat disembuhkan dengan soda kue.”

Ironinya, artikel dengan jenis informasi yang salah ini mendapatkan lebih banyak klik dan keterlibatan daripada yang berdasarkan fakta, studi tersebut menemukan.

Menurut Johnson, yang juga seorang dokter-ilmuwan di Institut Kanker Huntsman di Universitas Utah, informasi-informasi yang salah tersebut dapat mengakibatkan keterlambatan skrining kanker yang tepat, diagnosis dan pengobatan.

Johnson bersama timnya mengidentifikasi 200 artikel paling populer tentang kanker payudara, paru-paru, prostat, dan usus besar di Facebook, Reddit, Twitter, dan Pinterest antara Januari 2018 dan Desember 2019. Sementa itu, para ahli dari National Comprehensive Cancer Network meninjau postingan untuk menilai akurasinya.

Dari 200 artikel, sekitar 33% berisi informasi yang salah. Dari jumlah tersebut, sekitar 77% memiliki informasi yang dapat mempengaruhi hasil pengobatan secara negatif.

Sebagian besar konten berbahaya berasal dari situs web seperti New Age, yang notabene bukan sumber berita terkemuka.

“Perhatikan bahwa banyak informasi yang perlu dievaluasi secara kritis, karena ada kemungkinan bahwa apa yang Anda baca tidak akurat atau berpotensi berbahaya,” terang Johnson.

Hasil penelitian Johnson bersama timnya ini dipublikasikan di Journal of National Cancer Institute, baru-baru ini.

Gelombang misinformasi online ini tidak mengejutkan Dr. S. Vincent Rajkumar, seorang profesor kedokteran di Mayo Clinic di Rochester, yang meninjau temuan penelitian.

“Ini bukan untuk mengatakan bahwa media sosial tidak memiliki sesuatu yang positif untuk ditawarkan kepada penderita kanker,” katanya.

“Situs media sosial dapat menawarkan dukungan sosial atau tips untuk mengatasi efek samping terapi kanker,” tambah Rajkumar, yang juga pemimpin redaksi Blood Cancer Journal.

Dalam pandangan Rajkumar, untuk saran medis, selalu lebih baik mengandalkan dokter Anda, pusat akademik, atau lembaga pemerintah.(UPI/RAH)

Share