Selama setahun lebih penerapan protokol Kesehatan dan sejumlah aturan PSBB sampai PPKM pada masa pandemi Covid 19 telah membuat objek wisata harus tutup di awal tahun 2020 sampai jelang tahun 2021.
Kalaupun ada yang dibuka berdasar ijin pemerintah daerah, kunjungan hanya dikhususkan bagi wisatawan setempat.
Dengan lamanya masa di rumah pada awal pandemi, membuat jenuh warga dan alam dipercayai merupakan obat mujarab bagi kejenuhan dan tekanan stress.

Memasuki tahun 2021 saat kran wisata dibuka, pengelola wisata masih tertatih-tatih. Bersamaan dengan itu, muncul beberapa objek wisata baru yang lebih menonjolkan tema. Pemanfaatan indahnya alam masih menjadi konsep dasar, karena tahun 2021 ketertekanan masyarakat yang cukup tinggi imbas pandemi Covid-19 membutuhkan tempat untuk healing.
Trend objek wisata tematik masih bertahan sampai awal 2022 ini. Tidak hanya taman yang menyuguhkan keidahan dengan sejumlah spot selfinya, konsep tematik saat ini sudah menular ke sejumlah resto.
Restoran sebagai tempat wisata kuliner saat ini tidak terkungkung di ruangan saja. Sejumlah resto dan café saat ini tidak hanya sekedar tempat makan namun bisa jadi tempat beristirahat. Tidak heran restoran saat ini memiliki areal yang luas.

Bahkan, banyak pengusaha kuliher sengaja membangun restorannya di tengah kebun, di areal sawah bersengked atau di areal yang dibangun semacam desa mandiri dengan icon seni dan budaya daerah setempat.
Begitupun taman-taman wisata meski konsep dasarnya masih menyuguhkan keindahan alam yang sudah jadi, namun kemasannya dibuat berbeda. Ada yang bertema kota kota indah di dunia, ada juga pantai yang berkonsep bangunan kontemporer. Pun banyak wisata alam yang menyajikan nuansa tempo dulu.
Bertahannya wisata alam tematik sampai tahun 2022 ini dimungkinkan karena masyarakat yang sudah banyak melek digital ini, sudah cukup jenuh dengan modernitas yang ditemui sehari-hari. Sesusngguhnya wisata alam tematik ini bisa dimanfaatkan pengelola desa wisata untuk lebih mempercantik kemasan desa wisatanya agar mampu bersaing dengan para pengelola swasta, yang tentu memiliki lebih banyak jurus untuk menarik wisatawannya. (MIM)

Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.