Tiongkok mengecam presiden terpilih Ceko, Petr Pavel, pada Selasa (31/1/2021) karena telah melakukan panggilan telepon dengan presiden dan menteri luar negeri Taiwan, sehari sebelumnya.
“Pavel menginjak-injak garis merah Tiongkok,” kata juru bicara kementerian luar negeri Tiogkok, Mao Ning, seperti dikutip kantor berita AFP.
“Ini sangat mengganggu urusan dalam negeri Tiongkok dan telah melukai perasaan rakyat Tiongkok,” tambahnya.
Beijing berusaha untuk menjaga agar Taiwan tetap terisolasi di panggung dunia dan menentang negara-negara yang melakukan relasi resmi dengan Taipei.
Tiongkok selalu mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya untuk direbut suatu hari nanti, jika perlu dengan jalan kekerasan.
Menyusul panggilan telepon tersebut, Beijing telah mendesak Praha untuk “segera mengambil tindakan efektif untuk menghilangkan dampak negatif dari insiden ini dan menghindari kerusakan yang tidak dapat diperbaiki dan berkelanjutan terkait hubungan Tiongkok-Ceko”, kata Mao.
Pavel, yang memenangi pemilihan presiden pada Sabtu lalu, akan menggantikan Milos Zeman yang pro-Tiongkok pada 9 Maret mendatang.
Awal bulan ini, Zeman telah mengadakan panggilan video selama 45 menit dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, yang dia sebut temannya, dan memuji “hubungan persahabatan” antara kedua negara.
Namun, Pavel kemudian berbicara dengan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, yang telah mengucapkan selamat kepadanya atas kemenangan pemilihannya.
“Saya berterima kasih padanya dan saya meyakinkannya bahwa Taiwan dan Republik Ceko berbagi nilai-nilai kebebasan, demokrasi, dan hak asasi manusia,” kata Pavel lewat kanal Twitter.
“Kami sepakat untuk memperkuat kemitraan kami,” tambah mantan jenderal yang menjabat sebagai kepala komite militer NATO pada 2015-2018 itu.
Dia mengatakan dirinya berharap “memiliki kesempatan untuk bertemu langsung dengan Presiden Tsai di masa depan”.
Kantor kepresidenan Taiwan mengatakan panggilan telepon, yang juga dihadiri Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, berlangsung hampir 15 menit.
“Presiden Taiwan mengakui bahwa presiden terpilih menjalankan semangat mantan presiden Ceko (Vaclav) Havel, yang menghormati demokrasi, kebebasan dan hak asasi manusia, di mana republik didirikan, dan berpikiran sama dengan Taiwan,” kata kantor kepresidean Taiwan.
Havel adalah presiden pertama Republik Ceko, menjabat dari tahun 1993 hingga 2003.
Sebelum Havel menjadi kepala negara, ia adalah penulis drama dan juga seorang disiden yang pada tahun 1989 memimpin Revolusi Velvet, yang menggulingkan komunisme di bekas Cekoslowakia.
Beijing mendesak Praha untuk “sungguh-sungguh mematuhi komitmen politiknya terhadap prinsip Satu Tiongkok” yang dipatuhi oleh Uni Eropa.
Dalam sebuah wawancara radio pada hari Minggu lalu, Pavel mengatakan kebijakan satu Tiongkok harus dibarengi dengan prinsip “dua sistem”.
“Tidak ada salahnya kita menjalin hubungan khusus dengan Taiwan yang sistemnya lain,” kata Pavel.[AFP/WAK]

Hobi menyusun kata dan susur gua