Selepas diresmikan oleh Pangdam 3 Siliwangi, yang saat itu dijabat Mayjen TNI Agus Subiyanto, 17 November 2021 lalu, Monumen Kujang Papasangan tetap terawat dengan apik di puncak Gunung Bohong. Warga yang mengunjungi Gunung Bohong, sejauh ini memiliki kesadaran yang baik untuk turut menjaga monumen tersebut.
Pun anggota TNI yang berjasa besar melakukan perawatan monumen ini senantiasa mengingatkan pada pengunjung untuk memelihara Kawasan hutan Gunung Bohong agar tidak dikotori sampah dan merawat monumen yang pembangunannya diprakarsai Paguyuban Lingkar Alam, Brigif-15/Kujang II dan Pemkot Cimahi.
Saat tepas.id mengunjungi monumen tersebut, Senin (28/02) kondisinya sangat terjaga. Jalan berundak menuju lokasi bahkan di sisi kananya dipasangi PJU. Sejumlah tempat sampah disediakan baik pada tarack untuk naik maupun di sekitar monumen.
Kondisi Gunung Bohong pun semakin hijau. Oleh-oleh Program Sejuta Pohon era Gubernur Jabar Nuriana, masih terawat, membuat Gunung Bohong menjadi hutan kota yang adem dengan aneka tanaman keras di dalamnya.
Pada saat peresmian monumen, Mayjen Agus Subiyanto menuturkan, senjata Kujang adalah salah satu senjata tradisional khas Jawa Barat sejak abad ke-8 atau ke-9. Kujang berasal dari bahasa sunda kuno Kudi, yang artinya senjata atau jimat dengan kekuatan gaib, dan Hyang adalah Dewa. Bila dibedah secara makna, Kujang dapat diartikan sebagai jimat atau senjata yang memiliki kekuatan magis Dewa di dalamnya.
Saat itu Agus Subiyanto juga mengatakan bahwa Kujang menjadi pegangan para Raja Pasundan kala itu, diantaranya Prabu Siliwangi, karena kujang merupakan perlambang kekuatan, kebesaran serta keberanian untuk melindungi diri dan membela hal-hal kebenaran.

Pendirian monumen Kujang Papasangan di puncak Gunung Bohong bukan tanpa alasan. Gunung Bohong menjadi tempat kawah candra dimuka TNI, dengan semangat Siliwangi dan Kujangnya.
Menurut pimpinan Paguyuban Lingkar Alam, Abah Alam, keharuman dan jiwa semangat Kujang yang ditempa di Cimahi ini menyebar ke seluruh Nusantara, yang sudah terbukti sebagai medan tugas dan jelajah baktinya. “Dari sinilah saya ingin mengingatkan bahwa Gunung Bohong itu sebagai titik percikan (Het Bogen, Belanda) jiwa dan semangat Kujang ke seluruh Nusantara,” kata Abah Alam saat pembangunan monumen dilakukan.
Gunung Bohong sendiri memiliki beragam kisah seperti yang pernah ditulis tepas.id beberapa waktu lalu. Cerita lain yang turun temurun dikisahkan para tetua yang tinggal di Cimahi dan Lembang, Gunung Bohong adalah tempat Sangkuriang menenangkan diri setelah ia marah, karena dibohongi Dayang Sumbi yang menggagalkan pembuatan bendungannya karena hari dikira sudah pagi karena ulah Dayang Sumbi yang menumbuk lesung sehingga ayam berkokok.
Setelah menendang perahunya, dikisahkan Sangkuriang menuju bukit di sebelah Selatan untuk menenangkan diri sambil menunggu pagi yang sebenarnya datang. Konon tempat itu adalah yang dikenal sebagai Gunung Bohong saat ini. (MIM)

Broadcaster radio senior, pecinta musik, fotografi dan trekking.