Polisi di Hyderabad, India, mulai menggunakan teknologi pengenalan wajah untuk memerangi kejahatan.
Hyderabad adalah ibu kota negara bagian Telangana di selatan-tengah India. Pada 2013, kelompok teroris meledakkan bom di sebuah pasar di sana, menewaskan 19 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya.
Pengelola kota kemudian membangun jaringan kamera pengintai. Saat ini, lebih dari 700.000 kamera aktif terpasang di jalanan Hyderabad.
Pusat operasi pengenalan wajah Hyderabad menjadi pusat komando dan pengawasan yang baru saja dibangun. Pekerja di pusat tersebut memiliki kemampuan untuk terus menerus memeriksa data yang dikumpulkan oleh kamera dan pemancar ponsel.
Sistem dapat menarik gambar dari kamera yang tersedia di seluruh kota. Ia kemudian menggunakan metode kecerdasan buatan (AI) untuk mencoba mengidentifikasi penjahat yang dikenal di daerah tersebut.
Komisaris Polisi CV Anand mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa pusat komando baru, yang dibuka pada bulan Agustus lalu, berupaya menghubungkan teknologi di berbagai departemen pemerintah. Direktur Jenderal Kepolisian Negara Bagian Telangana, Mahender Reddy, mengatakan pembangunan pusat komando dan pengawasan memakan biaya $75.
Penggunaan pengenalan wajah dan AI telah meningkat di India dalam beberapa tahun terakhir. Polisi telah menggunakan kedua teknologi tersebut untuk memantau kerumunan dalam upaya mengidentifikasi penjahat.
Selain menggunakan teknologi untuk memerangi kejahatan berat, pejabat di Hyderabad juga telah menyetujui penggunaannya untuk memastikan pelanggaran lalu lintas dan menegakkan peraturan COVID-19.
Petugas polisi di kota ini dilengkapi dengan aplikasi yang memungkinkan mereka mengambil gambar wajah yang terkumpul saat mereka bekerja di lapangan. Aplikasi ini juga menghubungkan hampir semua petugas polisi di kota ke serangkaian layanan pemerintah dan darurat.
Namun, sebagian kalangan mengkritik sistem ini dengan mengatakan hal itu dapat mengakibatkan kesalahan identitas dan melanggar privasi warga negara.
Anand mengatakan foto pelanggar lalu lintas dan pelanggar pembatasan pandemi hanya disimpan sementara kecuali diperlukan untuk digunakan di pengadilan. Kemudian, gambar-gambar itu akan dimusnahkan. Dia mengungkapkan keterkejutannya bahwa setiap warga negara akan keberatan dengan sistem tersebut.
“Kalau kita perlu mengendalikan kejahatan, kita perlu ada pengawasan,” jelas Anand.
Para penentang mengungkapkan kekhawatiran tentang teknologi yang digunakan pada bulan Januari setelah seorang pejabat Hyderabad memberikan paparan tentang bagaimana sistem itu dirancang untuk bekerja. Pejabat itu memasukkan gambar wajah seorang reporter wanita ke dalam sistem. Dalam hitungan detik, alat tersebut menghasilkan lima kemungkinan kecocokan terkait pelaku kejahatan yang berasal dari catatan negara bagian. Tiga dari kemungkinan yang pelaku muncul ternyata adalah laki-laki.
Hyderabad telah menggelontorkan ratusan juta dolar untuk keperluan kendaraan polisi, kamera pengintai, alat pengenal wajah, dan teknologi pemberantasan kejahatan lainnya.
Anand mengatakan investasi tersebut telah membantu negara mendatangkan lebih banyak investasi swasta dan asing. Ini termasuk pusat pengembangan yang diselesaikan oleh Apple pada tahun 2016 dan pusat data utama Microsoft yang diumumkan pada bulan Maret.
“Ketika perusahaan-perusahaan ini memutuskan untuk berinvestasi di sebuah kota, mereka pertama-tama melihat situasi hukum dan ketertiban,” kata Anand.
Dia memuji teknologi semacam itu untuk penurunan kejahatan di seluruh negara bagian. Perampokan untuk mencuri perhiasan, misalnya, turun dari 1.033 insiden per tahun menjadi kurang dari 50 per tahun setelah kamera dan teknologi lainnya digunakan.
Biro Catatan Kejahatan Nasional India juga berusaha membangun apa yang bisa menjadi salah satu sistem pengenalan wajah terbesar di dunia. Rencana tersebut sejalan dengan pemerintahan Perdana Menteri India, Narendra Modi, yang telah mendorong peningkatan pengembangan teknologi informasi di seluruh pemerintahan nasional.
Pemerintah telah menyerukan metode kepolisian yang cerdas lewat penggunaan drone, kamera pengintai bertenaga AI, dan teknologi pengenalan wajah. Teknologi tersebut telah mendapat dukungan luas dari seluruh partai politik dan telah mulai meluas ke negara bagian di seluruh India. Demikian dituturkan Apar Gupta, Kepala Yayasan Kebebasan Internet yang berbasis di New Delhi.
“Ada banyak dukungan sosial dan sipil untuk hal itu. Tapi, tak setiap orang selalu mengerti sepenuhnya,” kata Gupta. “Mereka melihat teknologi dan berpikir inilah jawabannya,” tambahnya. (AP/WAK)

Hobi menyusun kata dan susur gua