Stroke bukan hanya dapat menyerang otak kita, tetapi juga bisa menyerang penglihatan kita. Bagaimana bisa terjadi stroke mata? Apa gejala dan tanda-tanda stroke mata serta langkah apa yang perlu dilakukan? Kapan kita harus segera periksa ke dokter mata untuk memastikan ada tidaknya stroke mata? Berikut ini ulasannya.
Secara umum, stroke mata adalah sebuah istilah yang merujuk pada terjadinya sesuatu yang menghalangi arteri yang memasok darah ke retina maupun terjadinya sumbatan pada vena retina sentral. Retina adalah bagian dari mata yang berkomunikasi dengan otak untuk mengubah cahaya menjadi citra/gambar.
Menurut dr. Dinda Arken Denova, Sp.M, seperti dikutip dari laman kmu.id, penyumbatan pada pembuluh darah arteri maupun di vena dapat terjadi pada pembuluh darah sentral ataupun pembuluh darah cabang dan bisa disebabkan oleh adanya trombosis ataupun emboli.
“Stroke mata merupakan kasus kegawatdaruratan pada mata karena bisa menimbulkan hilangnya penglihatan dan juga komplikasi lainnya. Oleh karena itu, perlu penanganan segera,” jelas dr. Dinda, yang lulusan Universitas Indonesia ini.
Biasanya sumbatan-sumbatan yang umumnya terjadi, kata dr. Dinda, karena adanya plak. Dan plak yang paling sering yaitu berupa lemak.
“Karena terjadinya oklusi atau adanya sumbatan, aliran darah tidak lancar. Dan karena sumbatan, retina mengalami hipoksia alias kekurangan oksigen,” papar dr. Dinda.
Akibatnya, lanjut dr. Dinda, karena kekurangan oksigen, maka terjadilah penumpukan cairan di retina dan terjadilah pendarahan, kebocoran lemak, dan lain-lain.
“Ujungnya terjadi tekanan yang luar biasa di luar pembuluh darah sehingga lama-lama pembuluh darahnya pun ikut tertekan. Hal ini berlangsung terus menerus selama trombusnya itu ada di pembuluh darah vena tersebut,” urainya.
Trombus adalah bekuan darah dalam sistem peredaran darah, yang menempel ke tempat di mana ia terbentuk dan tetap di sana, menghambat aliran darah.
Ada sejumlah gejala atau tanda yang bisa jadi petunjuk telah terjadinya stroke mata.
“Paling sering adalah penglihatan kabur secara mendadak. Dan sifatnya hanya sebelah mata saja. Jadi, mata kanan saja atau mata kiri saja,” terang dr. Dinda, yang mengambil fellowship di bidang glaukoma pada tahun 2021 lalu.
Ia menambahkan bahwa pasien biasanya mengetahui persis kalau ditanya saat ia kehilangan penglihatannya itu kapan. “Misalnya sedang menyetir atau saat bangun tidur, atau sehabis berolahraga, dan lain lain. Benar-benar ia ingat momen di saat kehilangan penglihatannya saat pasien datang ke dokter untuk pemeriksaan,” papar dr. Dinda.
Berdasarkan pemeriksaan, tutur dr. Dinda, yang biasanya diketemukan yaitu pelebaran pada pembuluh darah vena, adanya perdarahan di retina, adanya penumpukan cairan, adanya cotton wool spot yaitu lesi kuning-putih (atau putih keabu-abuan), sedikit terangkat, yang terlihat seperti awan dengan batas fimbriat di retina superfisial, dan adanya kematian jaringan pada salah satu lapisan retina, bentuknya seperti badai darah.
Komplikasi dapat muncul setelah serangan stroke mata. Dalam hal ini, kata dr. Dinda, komplikasinya dapat berupa pembentukan pembuluh darah baru, neovaskularisasi pada saraf retina dan juga pada iris.
“Ketika ditemukan tanda-tanda seperti itu, berarti pasien bukan hanya mengalami stroke mata, tetapi juga mengalami komplikasi yakni glaukoma neovaskular,” tegasnya.
Lantas, faktor risiko apa saja yang dapat mendorong seseorang mengalami stroke mata?
Menurut dr. Dinda, yang paling tersering adalah hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, gangguan pembekuan darah, gangguan kolesterol, dan kebiasan merokok.
Terkait ihwal bagaimana kalau kita mengalami gejala-gejala seperti yang dipaparkan di muka yaitu tiba-tiba penglihatan hilang pada satu mata, dr. Dinda menjelaskan bahwa yang perlu dilakukan adalah segera berkonsultasi dengan dokter spesialis mata.
“Pertama pastinya kita harus konsultasi ke dokter spesialis mata terdekat agar dokter mengatasi faktor risiko. Kita akan mencaritahu faktor risiko apa yang ada. Misalnya, ada hipertensikah, apakah ada kencing maniskah, gangguan jantung, gangguan pembuluh darah, dan gangguan pada sistem pembekuan darahnya,” ungkap dr. Dinda.
Selanjutnya, sambung dr. Dinda, apabila semua sudah diketahui penyebabnya, maka dokter mata baru akan berkolaborasi dengan dokter-dokter terkait, misalnya, dokter penyakit dalam untuk sama-sama menatalaksana penyebabnya.
Adapun untuk gangguan matanya sendiri, jelas dr. Dinda, dapat dilakukan laser fotokoagulasi, baik secara fokal atau menyeluruh, dapat juga dilakukan injeksi anti-VEGF pada intravitreal atau pada mata. “Ini untuk mencegah neovaskularisasi dan juga komplikasi lainnya,” kata dr. Dinda.
Akhirnya, dr Dinda berpesan bahwa kita jangan takut atau ragu-ragu jika mengalami gejala-gejala yang tadi dipaparkan dan mungkin juga memiliki faktor risiko seperti disebutkan di muka, segera saja melakukan konsultasi dengan dokter mata agar terhindar dari penyakit stroke mata.[JOK]

Hobi menyusun kata dan susur gua